Pemimpin Filipina, Fidel Ramos, menghadap Tuhan, “Tuhan, aku telah memerintah Filipina lima tahun, berapa lama lagi baru rakyatku berbahagia?” “Tiga puluh tahun lagi,” kata Tuhan.
Ramos menangis, dan berlalu.
Ganti pemimpin Kamboja yang baru mengkudeta Ranaridth, Hun Sen, menghadap Tuhan dan memohon, “Tuhan, aku baru memerintah Kamboja satu tahun, berapa lama lagi rakyatku baru bisa berbahagia?” “Lima puluh tahun lagi,” ujar Tuhan.
Hun Sen menangis, dan berlalu.
Gantian Soeharto menghadap Tuhan, “Tuhan aku telah memerintah negeriku tiga puluh tahun lamanya. Berapa lama lagikah rakyatku betul-betul bisa berbahagia dan hidup dalam sebuah masyarakat yang adil makmur berdasarkan daripada Pancasila?”
Tuhan pun menangis, dan berlalu.
saya sempat menulis dalam keluh-kesah saya sebuah pemeo bahwa hanya tuhan yang tahu kapan bajaj berbelok™. namun setelah saya pikir-pikir lagi, tampaknya kalau tuhan ditanyakan apakah tuhan tahu kapan bajaj akan berbelok, mungkin dia juga akan menangis dan berlalu.
4 responses to “menangis dan berlalu”
hahahahaha
Sama seperti kapan Indonesia akan mempunyai bandwith yang melimpah ruah
Tuhan saja menangis denger Pancasila….
tuhan lagi sibuk(tm)
Mbo yo ojo nggowo-nggowo nama Gusti Pangeran nggo candaan, ora apik. Sing liane tesih akeh toh Mas Bagus….
werkudoro – orang paling keren