melawan arus


melawan arus
foto di atas saya ambil tanggal 25 november 2008 yang lalu, di jalan garuda, kemayoran, jakarta. tampak para pengendara motor masuk ke jalur yang berlawanan arah, untuk menghindari kemacetan.
saya sendiri sehari-hari mengendarai motor untuk transportasi ke tempat kerja. fenomena lain yang saya perhatikan dan cukup menggelitik pemikiran saya adalah, beberapa pengendara motor selalu siap untuk menekan klakson. bagi anda yang sering mengarungi jalan raya kota jakarta, coba anda perhatikan sendiri para pengendara motor itu, anda akan menemukan beberapa yang jempol kirinya melayang di atas tombol klakson. seakan klakson jauh lebih penting ketimbang rem. fenomena yang mirip pernah dituliskan dalam artikel Land of the Honkers, namun lebih menyoroti para pengemudi mobil.
ini saja belum cukup, sering saya melihat para pengendara motor naik ke trotoar dan malah mengklakson pejalan kaki di atas trotoar. sekali lagi hal yang mirip pernah saya baca di artikel Mind the Zebra, namun ini dilakukan oleh para pengemudi mobil ke penyebrang jalan yang melintasi zebra cross.
tanpa berpikir panjang, kita bisa dengan mudah menyalahkan para pengendara motor dan pengemudi mobil yang tidak mematuhi peraturan lalu-lintas dan etika berlalu-lintas. namun gunnar myrdal menyatakan pemerintahan juga punya andil dalam tidak memberikan sanksi terhadap para pelanggar peraturan ini, sehingga muncul istilah soft states:

Pemerintahan di negara-negara itu dinilainya ”terlalu lembek” (ia menemukan istilah soft states), alias tidak mampu menerapkan disiplin sosial. Reformasi akan sulit diwujudkan karena korupsi dan inefisiensi merajalela. ”Tanpa ada disiplin sosial, sulit bagi negara-negara itu untuk bisa berkembang cepat,” katanya (Time, 15 Maret 1968).

seingat saya beberapa tahun yang lalu ada motto “kedisiplinan nasional”, entah apakah sudah masuk jaman reformasi atau masih jaman orba. namun yang namanya motto ya tetap motto, tidak pernah menjadi kenyataan.


20 responses to “melawan arus”

  1. Di Ruas kali malang dari Kampung dua sampai super indo juga begitu, pernah motor saya berpapasan dengan motor yang masuk ke jalur saya yang berlawanan arah, ternyata yang marah malah mereka yang melanggar hukum.
    Negara yang benar-benar aneh :P-

  2. begitulah mari kita mulai dari diri kita sendiri.
    dari pada ngomel sana ngomel sini.
    pemerintah kayaknya sudah pusing memikirkan banyak hal,
    sampai-sampai urusan upah aja sudah kagak mau ngurusin..
    piye tho iki ?

  3. saya pernah kok beberapa kali ‘ngemplang’ (minimal mbentak) motor yang jalan di trotoar dan ngeklakson saya yang lagi jalan di trotoar yang sama, dan sementara saya sendiri adalah motorers by occupation (tapi bukan oyjek yaa)
    kalo saia sampe kepaksa masuk trotoar (karena pinggir jalanan dah penuh dengan kendaraan yang parkir), maka saia ndak pernah tu klakson2 pejalan kaki. kalo mereka lagi jalan ya udah kita alon-alon dibelakang mereka.ngrumangsani, saya yang make jalan mereka
    prinsip yang musti dipake adalah, bisa rumangsa aja rumangsa bisa
    btw masalah klakson, iya tu paling sebel apalagi kalok lampu masi merah meski tinggal beberapa detik lagi ijo. sering mereka saya teriakin ’emangnya kalian ditunggu ma presiden?’ tapi lama2 capek. grundelan disimpen aja deh. capek ngladenin mereka

  4. ya kalo komentar saja tidak akan membawa manfaat. kalo di cermati bisa jadi fenomena diatas karena penampang jalan kurang menampung volume kendaraan sehingga ya meluber ke jalan sebaliknya.
    pemerintah juga jika berinisiatif untuk melebarkan penampang jalan takutnya malah dijadikan lahan para PKL, pusing juga karena bulan depan kembali ke jakarta…hiks

  5. karena penampang jalan kurang menampung volume kendaraan sehingga ya meluber ke jalan sebaliknya.
    .
    Bukan alasan sebetulnya sih. Saya kena macet juga di luar negeri. Seperti London, itu macetnya lumayan menyaingi Jakarta juga
    .
    Tapi, mereka tidak lantas berkelakuan liar seperti orang-orang ini.
    .
    Kuncinya adalah pada budaya.
    Mereka punya budaya antri. Sedangkan kita punya budaya-budaya menarik lainnya, seperti “peraturan itu untuk dilanggar”, dan lain-lain.
    .
    Dan benar kata Adi, harus tabrakan dulu baru penyesalan.
    Beberapa waktu yang lalu mobil saya (sedang diam) dihantam (lagi) cukup keras oleh motor yang menyetir dengan ugal-ugalan dari belakang.
    .
    Pengendara berikut pacarnya yang dibonceng terpelanting cukup keras di tengah jalanan yang ramai.
    Saya teruskan perjalanan seperti tidak ada apa-apa.
    .
    Memang nikmat kalau ada asuransi 🙂

  6. begitulah mari kita mulai dari diri kita sendiri.
    .
    Setuju, kita selalu sibuk menyalahkan pemerintah. Padahal, kita sendiri kelakuannya seperti yang dipaparkan di posting ini.
    .
    Jadi ingat orang-orang yang mencaci maki para koruptor. Tapi, duit orang lain pun akan mereka tilep tanpa segan-segan begitu ada kesempatan.
    .
    Negara ini jauh lebih menderita karena krisis akhlak daripada krisis ekonomi.

  7. halah, lagi2 menyalahken penampang jalan. di kota2 laen yang notabene lebih sepi saja emang kelakuan banyak motorers kaya gitu. ga pecaya? coba nanya temen2 di medan, banjarmasin, pontianak… trus coba aja jalan2 di ringroad jogja sono.. sami mawon.. bukan jalannya mas, emang otaknya…
    pernah liat filmnya arnold yang jadi turbo man itu?liat gambaran kemacetan pas x-mas?apa ada mobil yang nglawan arah?
    sori mas eko, esmosi kalo ada yang menyalahken faktor diluar manusianya

  8. Setuju, kita selalu sibuk menyalahkan pemerintah. Padahal, kita sendiri kelakuannya seperti yang dipaparkan di posting ini.

    seperti yang saya tulis, yang salah di sini adalah kedua belah pihak, pelanggar maupun pemerintah yang tidak memberi sanksi bagi para pelanggar, sehingga mereka tidak pernah merasa jera, kecuali saat kecelakaan.
    jika pemerintah get off the hook dalam masalah ini, yang kemungkinan besar terjadi adalah main hakim sendiri atau vigilantisme, dalam bentuk terkasarnya seperti copet/maling yang tertangkap digebukin dan dibakar hidup-hidup. 😐

  9. Saya juga setiap hari sebel banget ngeliat kelakuan pengendara motor ini. Kalau ada Polisi, pada takut mereka melawan arah. Tetapi kalau besoknya pak polisi tidak bertugas, lanjut lagi. Payah memang.
    Dan yang bikin kesel juga adalah kelakuan mereka di lampu merah. Hampir selalu pengendara motor itu dengan enaknya “memakan zebra cross”. Lampu lalu lintas masih merah tetapi mereka sudah mulai merangkak maju, bahkan menerobos lampu merah. Coba perhatikan saja di pertigaan Gunung Sahari/Jl Angkasa.
    Benar-benar tidak tahu aturan. Pak polisi, penegakan hukum mana, mohon yang seperti ini ditindak tegas!

  10. Nanya nih bagi para pengendara sepeda motor.
    Pernahkah anda berhenti dan memberi jalan penyeberang instead of nyelonong ke depan/belakang si penyeberang?
    Seumur hidup jadi penyeberang jalan kayanya belum pernah ada satu pun yg melakukan hal itu dengan suka rela.

  11. @Ikhsan: sebagai pengendara motor, gue sering tuh ngasih jalan, ke siapapun, mau itu pejalan kaki, pengendara motor, atau pengemudi mobil. sesuai dengan etika berlalu-lintas deh. barusan saja di jl. antasari saya memberikan jalan ke yang menyeberang, dan memang dengan perhitungan saya menghalangi orang-orang di belakang supaya memberi kesempatan si penyeberang jalan.
    tapi memang di saat yang sama saya melihat seorang pengendara motor naik trotoar dan zig-zag melewati pejalan kaki di trotoar tersebut. 😐

  12. Ikutan Cerita ah…
    Saya juga pernah ngalamin kejadian spt ini. Waktu itu motor saya mogok, lalu saya dorong motor saya ke trotoar biar benerin nya aman supaya tdk terserempet. Namun ketika di jalan raya padat, ada beberapa motor yg mencoba lewat trotoar, padahal di trotoar itu ada saya yg sedang betulin motor. mereka mengklakson saya supaya sambil marah2, saya bilang aja klo mo lewat ya lewat jalan aja, jangan lewat trotoar. Dan merekapun malah marah pada saya. Lucu juga dengan kejadian watu itu. 😀
    Trus ada lagi peristiwa ketika di lampu merah. Ketika ada di lampu merah saya selalu berhenti tepat sebelum garis yg dianjurkan. Namun motor2 dibelakang saya meminta agar saya tetap maju supaya mereka bisa ada di depan, namun saya membertaukan bahwa garis putih tepat ada di depan saya sehingga saya tidak bisa maju. Dan akhirnya mereka cuma bisa marah2 sendiri.
    Dari beberapa kejadian yg saya alami ternyata aparat bertindak menurut selera nya saja. Ketika mereka mo mentertibkan pelanggaran baru di tertibkan, namun ketika mood nya lg kurang mereka enggan mentertibkan.
    Sehingga saya berfikir sendiri, coba aja klo mereka mo menangkapi motor yg melewati garis di lampu merah walaupun jumlahnya ratusan, pasti aparat itu untung besar.
    Coba hitung aja klo misal setiap motor di kenakan 20 ribu di kali 30 motor aja sudah dapet berapa mereka setiap kali lampu meah menyala. Hehehe….

  13. @ikhsan:
    count me in! bapak saya selalu mengajarkan agar memberi kesempatan pada penyeberang jalan di mana pun berada. saya berusaha menerapkan hal ini. namun sejak 2005, prinsip ini diberi tambahan atribut: “lakukan jika keadaan aman untuk dilakukan. my safety first.” sudah sekian kali saya justru celaka karena berusaha tertib berlalu lintas. jadi tertib lalu lintas dimulai dengan menjaga keselamatan diri.
    tapi kalo mau ngetes, silakan nyebrang di stasiun UI Depok, dalam kompleks kampus UI Depok. pukul 8.30-9.00 WIB skuter saya akan lewat menuju Pasar Minggu. atau pukul 21.30 WIB saya akan ke arah sebaliknya. niscaya akan saya beri kesempatan pada penyeberang jalan. minimal, saya akan ambil lajur kiri agar bisa aman berhenti di zebra cross, sementara lajur kanan akan digunakan pengendara motor lain akan ngebut begitu saja.
    polisi?
    sayang sekali peran polisi lalu lintas justru kontra produktif. di saat para pengendara ingin mematuhi rambu dan lampu lalu lintas. tapi polisi justru mengarahkan agar para pengendara maju melewati zebra cross, menghalangi persimpangan, melanggar lampu lalu lintas yg masih merah.
    jadi mana yang harus dipatuhi, kalo polisi saja sering membuat pengguna jalan mengabaikan rambu dan lampu lalu lintas?

  14. Tahun 2002 saya gak bisa paham kenapa rame2 sepeda motor bobok knalpot shg jadi bersuara spt petir, gak nyampe akal saya…. lalu trend ini perlahan hilang….
    3 tahun lalu dimulai perilaku motor spt serentak, rame2 berpacu di jalan spt org kesurupan, seruduk sana sini, nyerobot sana sini, tanjak pembatas jalan dan trotoar dan jembatan penyeberangan, hobi melawan arah dan terobos rambu lalin, berteduh di bawah jembatan penyeberangan sampe ke tengah jalan, dan banyak lagi perilaku aneh lainnya. Sebenernya ini sdh ada sejak dulu tapi belum dominan dan belum secara kolektif jd tabiat umum, skrg sdh jd watak kolektif. Lg2 akal saya gak nyampe analisa ginian…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *