baru saja sehari tulisan saya muncul di Yahoo Front News, Ketika Kursi Menteri diduduki oleh Konservatif Muslim, muncul puluhan hate mails di inbox saya. memang tidak cuma hate mails, ada juga mail yang pro dengan tulisan saya, tapi dari sisi jumlah memang lebih banyak yang kontra. ada yang tersinggung ketika saya menggunakan istilah ‘konservatif muslim’, dengan mengajukan argumen hanya ada muslim, titik. memangnya salah ya kalau ada orang konservatif yang kebetulan muslim?
banyak juga yang mencela bahwa saya kok iseng banget mengurusi orang lain, dan menyarankan untuk mengurusi diri sendiri dulu. saya sudah malas berurusan dengan orang-orang seperti ini, karena sudah 2 hal yang sudah sangat jelas di depan mata mereka tapi mereka tidak menyadarinya: 1. seorang menteri mengurusi nasib hidup orang-orang yang masih berstatus warga-negara indonesia, artinya dia sudah milik publik indonesia dan tiap yang diurusi berhak mengajukan pendapat atas bagaimana cara menteri ini melakukan pekerjaannya; 2. mail yang mereka kirim itu mengurusi diri saya, jadi mereka tidak patuh pada prinsip mereka sendiri.
satu hal yang jelas, walaupun isi mail mereka penuh dengan kebencian dan makian, mereka masih berani mengirimkannya ke saya langsung. beda dengan seorang Tyo Mulyana, yang memilih mengirimkan mail makian penuh dengan kata-kata kasar ke istri saya.
awalnya saya curiga kalau akun Tyo Mulyana di Facebook ini merupakan akun yang telah dibajak oleh orang lain, mengingat dia mengirimkan makian tersebut menjelang pukul 2 pagi:
hanya saja ketika teman saya, Tony Hartono, mengirimkan pesan menanyakan maksud Tyo Mulyana, ternyata mendapatkan jawaban seperti ini:
orang emosional memang cenderung sulit mengekspresikan argumennya secara koheren dalam bentuk tulisan. di artikel yang saya tulis, saya tidak pernah menuliskan bahwa kita perlu menjalin hubungan dengan israel, saya hanya menuliskan sikap anti-israel tifatul buyar hanya dengan menunjukkan ke beliau perusahaan israel itu berkantor di amerika. lalu logika indonesia tidak pernah mau menjalin hubungan dengan negara penjajah itu lucu. apakah cina tidak pernah menjajah tibet? lalu mengapa indonesia tetap menjalin hubungan dengan cina?
setelah konsultasi singkat dengan Sam Ardi, blogger yang mendalami UU-ITE, yang dilakukan Tyo ini pada dasarnya melanggar pasal 29:
Pasal 29
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.
saya masih tidak tahu apakah ‘Tyo Mulyana’ yang mengaku kerja di Bank Mandiri, lulusan Trisakti 2005, dan alumni SMAN 68 Jakarta ini a real person atau just a fake personality. yang jelas, alih-alih mengirimkan komentar langsung ke saya, malah nyasar ke orang lain. apakah memang ini profil tipikal para pemuja tiffy?
update
rupanya ‘diskusi’ masih berlanjut, dan masih menganggap Tony adalah penulis artikel, bukan saya.
79 responses to “Tiffy Fans Club”
Hmm.. Begitulah jika seseorang dikultuskan.. 🙂
🙂
will the real Tyo Mulyana please stand up.
Hehehehe, sudah kena doktrin Tif….coba deh si Tyo kalo otaknya waras, berani gag komen segini “pedas” sama para pemuja arabisme ketika ada TKW/I yang disiksa seperti Sumiati.
Para pemuja arabisme, mana suaramu soal penyiksaan TKW?!
you’ve been tifed!
*insert pic here*
Keluarga dan lingkungan mendidik mental orang. Sekolah dan pekerjaan mengajarkan logika.
Gue gak ngerti jika ada orang yang mentalnya emosional tanpa logika di balik anonimitasnya.
setuju, ini namanya pengkultusan karakter. 🙁
Banyak yang gak sadar atau gak terima kalo otaknya lambat dalam memproses, namun dipaksa segera mengeluarkan statemen, jadinya yang keluar adalah umpatan dan makian.
Blame MSG!
Tony jadi terkenal deh.
Woops! Maksud saya Tyo.
wah, si tyo pegawai bank mandiri tuh… wkwkwkwkwkk..
Pada dasarnya orang itu tidak punya argumentasi untuk membela kesalahan-kesalahan Tifatul. Masuk akal kalau dia lari ke menyumpah dan mengatai.
Duh…rasanya saya lebih suka percaya, bahwa Tyo Mulyana ini bukan Tyo Mulyana yg sebenarnya.
Karena sulit sekali masuk dibenak saya, seorang manusia dengan fisik sehat( seperti yg tampak di gambar profilnya), dengan kemampuan berfikir dan kepandaiannya( paling tidak, dengan mempunyai akun di FB, Flickr dan sepertinya juga menulis blog, bekerja di Bank m#$*&^%, lulusan T$#@%^!* 2005, dan alumni SMAN #$ Jakarta, belum lagi barangkali ditambah dengan segabruk titel yg lain, barangkali juga permah ikut seminar ini- itu, pelatihan ini- itu, menulis” hai njin*…..”. Dialamatkan bukan langsung ke yg dimaksud..
Hanya untuk bisa bersikap santun, yg tak tamat SDpun saya yakin mampu..
Hi tiff™
Buat siapapun yg kebakaran jenggot, kalo kata Mariah Carey sih, ” u are so tifatul….”
a.k.a. salah mulu..
You’ve been Tifed!
http://plixi.com/p/57059513
Hmmm, memang kalo kita bicarakan apapun yang ada hubungannya dengan keburukan seorang yang kemudian diasosiasikan dengan agama Islam, dampaknya luas sih mas. Banyak yang bakal ga setuju. Apalagi menyangkut Israel, wah susah itu.
Saya ingat suatu saat teman ketika seorang non Muslim mencaci maki masjid ketika takbiran Idul Fitri lewat jejaring sosial, saya juga sangat marah besar. Bukan apa-apa, karena dia menghina keyakinan saya, menghina saudara-saudara seiman saya. Alhasil, saya dikatakan pengecut oleh teman saya itu (yang kebetulan kakak kelas) dan juga temanny teman saya. sangat menjengkelkan dan tidak intelek – padahal saya terbiasa dengan kultur yang logis dan mengedepankan logika dibandingkan dengan emosi dan cacian tanpa argumen yang jelas
Mungkin anda bisa search di google perihal terms “Al-wala wal bara’ “. Salah satu kumpulan artikel yang menarik tentang hal ini ada di http://www.almanhaj.or.id/category/view/49/page/1. Mungkin term inilah – MUNGKIN – yang menjadikan Pak Tif menolak kerja sama dengan Israel. Saya bersedia berbincang-bincang dengan Anda – atau siapapun lewat email perihal hal ini
Kalo soal salaman sama Bu Michelle dan keterkaitannya dengan larangan untuk bersentuhan kulit sesama muslim – ya wajarlah namanya juga manusia. Ada saatnya iman naik, ada saatnya iman turun.
Dan kalau boleh saya sedikit memberi masukkan. mengganti nama Tiffatul menjadi Tiffy sangat tidak elok bukan? Sangat tidak elok karena bukankah kita hidup di dunia intelek yang mengedepankan argumen dan kebenaran dibandingkan caci maki dan emosi belaka?
Ya – semoga diskusi yang baik dan kritikan yang logis dapat membuka mata kita dibandingkan dengan cacian dan emosi. bukan begitu?
Demikian, semoga bermanfaat
saran saya ke anda, coba baca lagi artikel saya, dan tunjukkan tulisan saya membahas tentang MENGAPA tifatul anti israel. tidak ada kan? yang saya bahas adalah tifatul tidak KONSISTEN dengan sikap anti israelnya. silakan anda baca lagi deh.
saya tidak mengerti dengan kalimat ‘larangan bersentuhan kulit dengan sesama muslim’. apakah michelle itu muslim?
soal iman naik turun, tifatul sudah sangat jelas menolak salaman dengan sesama orang indonesia yang kebetulan wanita dan non muhrim. tapi giliran first lady amerika, terlihat dengan jelas di video siapa yang mengulurkan tangan, tapi belakangan berkelit bahwa itu salah michelle. inikah yang anda sebut sebagai iman naik turun?
silakan anda simak foto presiden iran ahmadinejad saat ‘bersalaman’ dengan wanita lain. sebegitu sulitnya kah meniru cara beliau?
lalu siapa yang mengganti nama tifatul menjadi tiffatul? tiffy adalah sebutan, masih mending saya yang benar menulis namanya ketimbang anda yang mengubah namanya.
Halo Zulfikar 🙂
Saya si ‘kakak kelas’ yang dibilang mencaci maki anda. Saya juga Muslim kok. 🙂 Perlu diketahui bagi pembaca yang lain bahwa kata2 teman kita yang Non-Muslim itu menurut saya pribadi sangat jauh dari ‘mencaci maki mesjid’, ‘menghina keyakinan’, ataupun ‘menghina saudara2 seiman’. Karena saya tidak ingin berita yang setengah2 seperti yang saudara Zulfikar kemukakan berkembang menjadi fitnah terhadap saudara kita yang Non-Muslim, maka saya akan menceritakan perbincangan yang terjadi sewaktu itu. Semoga kisah ini bisa jadi renungan dan pembelajaran bagi kita juga tentang toleransi beragama.
Teman Non-Muslim kami mengeluhkan mesjid yang berada di dekat kost-nya sangat berisik, menggunakan loudspeaker mesjid kencang2 pada jam setengah tiga pagi untuk membangunkan warga sekitar agar sahur. Beliau membandingkan dengan kondisi di negara lain, yang memiliki aturan untuk menjaga tingkat kebisingan pada malam hari.
Tentang aturan di negara lain tersebut, saya ingin menceritakan kisah pribadi saya sebagai Muslim yang tinggal di negara dengan mayoritas Non-Muslim. Ketika saya tinggal di Prancis, saya sangat merasakan kerinduan mendengar suara Adzan berkumandang dari mesjid, dan menyayangkan tidak adanya izin dari pemerintah setempat agar mesjid dekat tempat saya tinggal diperbolehkan untuk mengumandangkan Adzan-nya ke lingkungan sekitar. Hal ini membuat saya sangat bersyukur ketika saya pindah ke Norwegia, dan pemerintah setempat memiliki rasa toleransi yang lebih besar, dan memperbolehkan Adzan untuk dikumandangkan selama tidak mengganggu penduduk sekitarnya. Sebagai bentuk toleransi dari umat Muslim di sini juga, kami bersepakat untuk tidak mengumandangkan Adzan Subuh, karena tidak ingin mengganggu masyarakat sekitar.
Kembali ke keluhan teman kami tersebut. Menurut pendapat saya pribadi sebagai Muslim, keluhan teman tersebut sangat manusiawi. Mesjid seharusnya bertenggang rasa terhadap seluruh warga sekitarnya, dan tidak bersuara keras pada pagi2 buta kecuali untuk Adzan. Perlu diketahui juga bahwa teman Non-Muslim tersebut sebelumnya pernah mengeluarkan statement kalo dia merasa mesjid di dekat kost-nya memang terlalu berisik, tapi dia bersabar karena itu merupakan bagian dari toleransi beragama. Jadi bisa dilihat sendiri betapa teman kami ini sangat bertoleransi terhadap umat beragama lain, dan beliau sangatlah jauh dari ‘mencaci maki mesjid’, ‘menghina keyakinan’, ataupun ‘menghina saudara2 seiman’ seperti yang saudara Zulfikar kemukakan di atas.
Namun yang saya sayangkan, saudara Zulfikar membalas teman kami tersebut dengan berkata bahwa statement tersebut di beberapa tempat bisa mengundang massa untuk melakukan pemukulan terhadap saudara Non-Muslim tersebut. Bagi saya statement Zulfikar tersebut bernada intimidasi, bahwa tidak seharusnya teman kami itu mengkritik mesjid yang berisik, karena warga sekitar yang mayoritas Muslim bisa2 melakukan tindakan kekerasan terhadap beliau. Hal ini yang saya kritik dari saudara Zulfikar, bahwa tidak seharusnya beliau berkata demikian.
Pertama, saya sangat sedih dengan implikasi saudara Zulfikar, bahwa sepertinya adalah hal wajar bagi kita sebagai umat Muslim untuk melakukan tindak kekerasan terhadap penganut agama lain. Saya percaya mayoritas umat Muslim penuh dengan rasa keadilan dan toleransi dan menentang tindak kekerasan dalam bentuk apapun.
Kedua, saya pribadi pun merasa bahwa terkadang masjid di dekat rumah saya di Indonesia terlalu keras sewaktu membangunkan orang sahur, dan saya merasa kasihan dengan tetangga2 yang Non-Muslim jika mereka ikut terbangun. Saya lebih suka dengan budaya membangunkan sahur keliling, yang saya sayangkan mulai luntur dari komunitas kita.
Mengenai kritikan saya terhadap saudara Zulfikar, kata2 saya memang keras sewaktu itu, karena saya sangat tidak menyukai adanya bentuk intimidasi dari siapapun bagi siapapun, terlebih lagi dalam bentuk yang terselubung, yang menurut saya pribadi masuk ke dalam kategori ‘pengecut’.
Demikian sharing dari saya pribadi, semoga bisa jadi bahan renungan yang bermanfaat bagi kita semua. 🙂
Kok jadi offensive gitu sih >__<
Ya, sikap itu memang membuat orang – termasuk saya antipati terhadap sikapnya. Tapi itu bukan alasan mencacinya bukan? Tentu ada perbedaan yang signifikan antara mencaci dan memberikan kritikan :D. Ada satu sisi di tulisan Anda yang memberi masukkan – ya dan itu saya sepakat. Dan satu sisi lain yang mencaci – atau meledek – atau menjatuhkan seseorang seperti Tiffy itu. Demikianlah menurut pendapat saya.
Memang, ketidakkonsistenan masalah bersalaman ini bisa jadi bumerang buat Pak Tif, dan tentu hal ini agak annoying. Saya sepakat dengan Anda. Tapi tentunya ada saat di mana mungkin seorang manusia lupa – atau apalah namanya dengan apa yang ia katakan sendiri. Dengan demikian terjadinya ketidakkonsistenan. Mungkin suatu saat salah satu dari Anda akan melihat saya melakukan suatu hal yang "Tidak logis" dan itu menyalahi apa yang saya katakan di atas tentang kultur syalala itu. Tapi ya itulah manusia – tempat terjadinya lupa dan salah. Tapi ketika ia berkelit terhadap kesalahannya – dan menyalahkan orang lain atas hal itu – saya akui memang hal tersebut agak menyebalkan.
Soal Israel – saya belum melihat part dari tulisan Anda yang menyebutkan Pak Tif pernah – atau menganjurkan bekerja sama dengan Israel. Lebih kepada WTO. Saya belum melihat inkonsistensi Pak Tif secara personal tentang hal ini dalam tulisan Anda
Terima kasih koreksi dan masukannya.
anda menganggap jawaban saya ofensif? sekarang coba jawab: tulisan saya yang mana yang mencaci dia? saya menulis fakta yang ada. masalah tulisan saya anda labeli sebagai menjatuhkan tifatul, itu semua diakibatkan oleh tingkah polah tifatul sendiri. kalau dia faktanya tidak menyalahkan michelle, ngapain saya ngarang-ngarang bahwa dia menyalahkan michelle?
soal WTO, kalau anda baca dengan jernih, saya mengingatkan bahwa indonesia itu anggota WTO. israel juga anggota WTO. kalau memang serius anti israel, sekalian saja indonesia dibuat keluar dari WTO. TAPI kalau itu serius ya.
Kan beda pengambil keputusannya. Something like WTO itu biasanya di Menko atau Mendag, sementara inikan Menkominfo. Sehingga bisa jadi perbedaan wewenang dan kedudukan bisa jadi membuat sebuah kebijakan menjadi tidak konsisten. Nah, itu kesalahan sistemik pemerintah kita, tidak bisa dibebankan kepada salah satu pribadi bukan?
CMIIW
nah, mulai kelihatan kan betapa ngawurnya tifatul? yang berhak mengatur soal perdagangan itu dia atau kementrian perdagangan? mungkin anda juga pernah baca dia pernah membocorkan rahasia negara sewaktu sedang hangat isu anti malaysia, dengan menyebutkan kekuatan militer indonesia seenaknya di twitter.
perspektifnya di sini terbalik antara anda dengan saya, di sini anda menyalahkan sistem dan membebaskan tifatul dari kesalahan, sementara saya melihat tifatul bicara seenaknya dengan sangat sedikit melihatnya dari dalam sistem.
well said, nicely put
sangat disayangkan kalo komentar dan argumen semacam itu adalah ciri khas fans club tiffy. semog tidak, dan hanya kebetulan dari seorang individu bernama tyo.
di sisi lain, sepertinya belum ada respon konstruktif dari kubu pendukung tiffy. padahal gak ada sulitnya membentuk dialog dalam rangka perbaikan. kalo setiap kritik membangun hanya dilihat pedasnya tanpa memperhatikan isi dan esensi, berarti kekuasaan hanya untuk dinikmati atau digunakan untuk kekuasaan itu sendiri.
Haha, saya tidak pendukung beliau, saya bukan pendukung PKS pula. Saya annoyed dengan sikap berkelit beliau dan saya juga annoyed dengan sikap PKS belakangan. Saya hanya sedih ketika “pedas”nya itu dilakukan dengan cara yang tidak elok seperti Tifatul menjadi Tiffy.
Kalo bicara pedas, saya kira tulisan di blog ini tentang pak tif cukup pedas – dan sangat mengena. Tapi ntah kenapa istilah tiffy itu agak mengganggu pikiran saya – dan pada akhirnya “mengenanya” itu bergeser sedikit karena dicampur dengan bumbu yang tidak sedap. Karena justru dengan hal itu esensi kritikan tidak mengena karena emosi dan ketidaksukaan subjektif, orang-orang yang membela Pak Tif bisa jadi menjadi sangat subjektif karena ada nama Tiffy itu, dan akhirnya, yang terjadi adalah hubungan antar individu yang mencerca dan saling menghina antara pro dan kontra. Alhasil – bangsa kita yang terlibat dalam pro kontra itu bisa jadi semakin jauh dari kultur dan cara berpikir ilmiah.
Pro kontra menjadi tidak sehat. Padahal pro kontra itu biasa kan ya? Ya, sangat biasa asalkan di dalamnya tidak ada saling menghina, dan merendahkan, namun cukuplah kultur ilmiah dan argumen logis
orangnya beneran ko. temen gue ada yang temenan sama dia di fb.
tolong kasih tahu teman anda buat membaca tulisan saya ini, terima kasih. 🙂
justru hal hal seperti “Tiffy” itu bisa menjadi salah satu penghilang esensi, juga mungkin beberapa sikap antipati berlebihan tidak logis yang dikeluarkan oleh orang-orang pendukung pak tif
tampaknya kultur anda menganggap ‘tiffy’ adalah sebuah cacian? kalau memang begitu, saya tidak bisa berargumen melawan kultur anda. contoh, ‘negro’ adalah sebutan merendahkan untuk orang berkulit hitam di amerika.
tapi sebagai tokoh publik, adalah wajar jika sebuah sebutan menempel ke tokoh tersebut. fauzi bowo misalnya, jadi foke. susilo bambang yudhoyono, jadi SBY. baik foke maupun SBY itu BUKAN nama mereka, tapi sudah melekat ke mereka.
kalau anda masih berargumen bahwa ‘tiffy’ itu sengaja saya tulis sebagai antipati dari saya, anda meleset sangat jauh.
Nah, masalahnya SBY sama Foke itu orangnya ga masalah disebut demikian – setau saya. Saya tidak tau Pak Tif apakah ga masalah atau ga.
Bukan, bukan Anda yang antipati. Tapi : antipati berlebihan tidak logis yang dikeluarkan oleh orang-orang pendukung pak tif
Jadi maksudnya mungkin bisa jadi – BISA JADI lo – orang-orang yang pro sama Pak Tif jadi antipati terhadap sebutan Tiffy itu dan ujungnya adalah debat kusir – sebuah debat yang ga ada esensinya dengan orang-orang yang kontra
Demikian, terima kasih banyak all 😀
ok, bisakah anda pastikan tifatul keberatan soal ‘tiffy’ ini? saya lihat orang-orang, contohnya @marischkaprue menyebut langsung ke @tifsembiring dengan ‘tiffy’, dan tidak pernah saya lihat beliau keberatan. mungkin anda yang bisa memberitahu saya soal keberatan beliau ini ada di mana?
coba anda klik pencarian tiffy di twitter ini deh kalau tidak percaya dengan apa kata saya.
ahh ‘tiffy’ itu kan panggilan sayang 😉
@Zulfikar:
Inti argumen anda sebenarnya apa?
Hanya tidak suka Tifatul diganti Tiffy?
Tidak suka jika inti dari sebuah kritikan dicampur dengan hal-hal yang berbau menghina dan merendahkan – karena :
1. Hal itu hanya akan membuat pro-kons hanya berujung kepada pertengkaran tidak logis dan mengedepankan emosi
2. Menghilangan esensi dari kritikan itu sendiri karena orang melihat bukan lewat argumennya tapi dari penghinaannya. Ya kita sama-sama tau sikap reaktif dari masyarakat Indonesia (orang yang logis seperti tulisan pemilik blog ini aja masih ada yang ngamuk2 geje di FB)
Thanks sudah mengarahkan saya 😛
argumen saya tentang “Tiffy” udah dijawab Pak Eko,, itu cuman panggilan sayang,, layaknya SBY dan Foke,,
seharusnya itu juga gak mengaburkan judgement Anda yang katanya mengedepankan logika,,
dan tulisan originalnya Pak Eko juga sudah lumayan kuat argumen dan sumbernya 🙂
coba Anda telaah lebih dalam 😀
ya dan jawaban saya atas jawaban pak eko juga sudah saya tulis. Perlu diingat, pendukung Pak Tif adalah Islam Konservatif yang menjunjung tinggi etika timur Islam – yang pastinya akan sangat kesal dengan panggilan Tiffy – mungkin. Ya, saya hanya mengingatkan bahwa ada potensi debat kusir massal di sini antara pro dan kons.
Saya melihatnya dari sisi sosial psikologis – bukan hanya dari sisi kebebasan berbicara dan berpendapat liberal. Terima kasih
saran saya buat anda: hanya berargumen dengan sesuatu yang anda tahu pasti. jangan berargumen dengan sesuatu yang anda tidak ketahui dengan pasti, seperti apakah tifatul keberatan dengan ‘tiffy’ atau tidak.
@zulfikar, bisa disimpulkan anda adalah pendukung “Pak Tif”… sama-sama doyan ngeblunder.
scroll-up.. baca lagi, berapa banyak blunder yang sudah anda buat.
Kecuali Pak Tif bilang “Saya tidak keberatan dengan adanya Tiffy Fans Club” saya akan menarik kata2 saya, dan silahkan hapus semua komen saya.
Tentunya kondisi akan lebih kondusif jika setiap orang berusaha untuk menjaga perasaan orang lain. Semoga kita bukan bagian dari orang yang mendhalimi orang lain
dan saran saya bagi Anda, mungkin seorang pakar IT (dan lulusan IF, CMIIW) cenderung melihat dari sisi yang zahir (nyata, pasti, terdata). Cobalah untuk melihat dari sisi psikologis dan sosial yang mungkin terjadi dari sebuah tulisan, konflik tidak perlu yang mungkin muncul, dan segala ketidakperluan yang mungkin terjadi.
Pro kons pasti ada – tapi meminimalisir konflik emosi dan menjaga perasaan orang lain pastinya lebih utama :D. Itulah asumsi utama yang saya gunakan. Bukan asumsi yang salah bukan?
Demikian, saya undur diri. Mari :-h
@zulfikar: burden of proof ada di tangan anda yang mengajukan argumen, bukan di tangan saya.
@zulfikar
la yang justru bikin OOT (esensi debat hilang) malah diskusi tentang “tiffy” ini toh! la lucu to…
kembali ke lep..tooopppp…
jadi gimana kabar si tyo?
Hi Tyo™
@zulfikar :
Karena saya bego bahasa inggris, saya sampe nyari ke google doong.. ahahaha… pusing debatnya gara2 tiffy. Bagi yang ga ngerti kaya saya jg artinya tiffy apa (kayanya cuma saya sih), nih artinya :
1. tiffy
insane; crazy; madd nuttz
That bum that attacked Mark was totally tiffy.
2. tiffy
touchy-feely, touching people when you talk(adj.)
I wouldn’t talk to him he’s really tiffy.
sumber : urbandictionary.com
kayanya masih bagus aja tuh artinya.. refer ke #2, bagian mana yang merendahkan, zul?
eniwey, point kedua saya. Kalo zul bilang debat jadi hilang esensinya gara-gara ada bagian menghina dalam sebuah pendapat… saya rasa debat di tulisan blog ini jg jadi hilang esensinya karena hal-hal ‘kecil’ seperti ini ikut diperdebatkan jg, menurut saya loh.
Seharusnya kan yang dibahas si tyo,kenapa jadi si tiffy…
nb : sedikit saran dari saya, kan si tiffy tuh punya 2 arti zul, coba lah selalu berpikir positif. Setiap orang yang memanggil pak tifatul dengan tiffy, berarti refer ke arti #2, jadi artinya lebih enak… pak tifatul ternyata orang yang sangat perasa dan berempati tinggi.. ouuuhhh…. *backsound terharu
mm arti ke 2 juga ga bagus sih menurut saya. Kalau kata orang sunda “cunihin” kegenitan. setiap ngobrol pegang-pegang.
*ngakak liat kategori postingan ini*
mas eko,
saya suka dengan tulisan anda yg berjudul “Ketika Kursi Menteri diduduki oleh Konservatif Muslim”.
tapi saya mulai kurang respek dengan anda saat baca komen2 di atas.
mau memberi saran ke mas eko,
bencilah tindakan, sifat, dan kelakuan tifatul. tapi jangan benci orangnya. beri terus masukan dan kritik yang membangun. karena tujuan kita sama kan, yaitu untuk membuat negeri ini lebih baik.
jadi klo tifatul jadi menteri yang menjalankan tugasnya dengan baik, kita semua akan senang. 🙂
jangan sampai kelakuan orang2 kyk tyo, menyeret mas eko ke tempat yg selevel sama dia.
saya menunggu tulisan2 mas eko yg seperti “Ketika Kursi Menteri diduduki oleh Konservatif Muslim”. memberi komentar yang mana yg salah, tidak konsisten, dLL tapi juga memberi dorongan agar berubah menjadi lebih baik.
kesan yg saya tangkap dari tulisan mas adalah anda berkata “menurut saya, anda salah ini itu, disini disitu.
ayo lebih baik lagi, tif. masa jabatan anda tinggal 4 tahun. kita sama2 perbaiki Indonesia.”
dan saya merasa itu sangat elegan…
tidak semua saran harus kita jalankan (saran juga blon tentu bener kan), tapi saya rasa kita harus bisa menerima semua saran dengan manner yang lebih positif.
semoga mas eko juga terus terbuka terhadap saran ya mas. jgn kyk banyak petinggi2 negara ini yg selalu berkelit saat diberi saran. 🙂
maaf klo ada salah kata.
kelihatannya saya membenci tifatul ya memangnya? memang sih, saya tidak suka sama orang yang suka berkelit dan menyalahkan orang lain, dan tidak mau mengakui sudah salah dan khilaf. so, guilty as charged. sulit tidak suka dengan sebuah perbuatan tanpa otomatis tidak suka juga terhadap orang yang melakukan perbuatan itu.
btw,
saya sepakat klo tyo ini perlu diberi pelajaran…hehehe
HI TYO TM 🙂
weew..rame ikut nyimak aja dech 🙂
jgn nyimak aja om, ayo kita beri pendapat 🙂
Welcome to TFC playground!
Aneh, di profile FB nya si Tyo Mulyana ini bilang dia doyan ngeceng cewek2 cantik di Mall, suka Syekh Siti Jenar, dll.
Ternyata fans Tifatul juga. Tabrakan frontal gak sih ? 😀
@geblek – haha, dulu ada “Hi Roy!”, sekarang “HI TYO!” ya? 😀
sufehmi@ sekedar tren om 😀
btw; ini bisa diklasifikasikan sebagai teror kepada istri Eko. Mudah2an ybs bisa bersabar menghadapi orang-orang yang emosional ini ya….
bagi lilis, si tyo tak layak di katakan terpelajar
karena apa yang di ucapkan sungguh2 bener2 tak beradab
apa yang dilakukan dengan mengirimkan kata-kata tak sopan ke istri sang penulis artikel adalah perbuatan yang mencerminkan betapa jahatnya dia
biyuhhhhhhh….pantesan kuping rada panas, namaku disebut-sebut to tibake……
semacam sangar! jadi? pageranknya naik gak?
btw, Hi Tyo™
sejauh mata memandang.. eh.. penelusuran di FB, kok temen2nya si Tyo™ ini mayoritas cewe cewe ? fake account?
makasih artikelnya…
kapan_nulis posting lagi?
ikutan ah… Hi Tyo™
Saran buat Paman Tyo.. kalo nulis tolong bahasanya jangan kasar gitu dong.. katanya anda seorang muslim…
ck ck ck “hi tyo” ini seperti apa ya klo berada di lingkungan kerjanya di bank Mandiri? berhadapan dengan banyak nasabah.. kata-kata koq kayak ndak pernah sekolah, eh tapi katanya sekolah di SMA 68 kampusnya Trisakti.. wuihh..
*terpana*
berdasarkan cek informal, ‘Tyo Mulyana’ ini tidak ada dalam daftar 22000+ daftar karyawan mandiri, jadi memang kemungkinan besar identitas palsu. otomatis juga belum tentu dia dari SMA 68.
smua identitasnya palsu semua tuh mas, kan bikin akun FB gampang, yg pnting email, foto jg jgn2 boleh nemu di google 😀
wah gimana reaksi para fans Pak Tiffy ini setelah baca-baca komik Hidup Itu Indah-nya Cak Aji Prasetyo yah? *summon sandynata*
same question applied to FPI
kayanya bakal OOT mbulet ga jelas
podo ngopo iki rame-rame, ayo gek ndang ngopi ama makan pisang goreng nak enak to? opo arep paten-patenan dan bacok-bacokan… aduh… sego pecel sik enak je…
Lihat orang seperti Tyo (atau “Tyo”) yg cm bs berargumen dgn cara dan pemilihan kata2 yg seperti itu jadinya malah ehm… kasihan 😀
Awalnya membaca titlenya terlalu cepat jadi “Titty Fans Club”, langsung rem…. wait, kok ada blog tentang “titty”…. Baca ulang.. ternyata “Tiffy”….
ya elah, mas. kan gak perlu sampai foto dan namanya dipampang jelas-jelas gitu kali.
kesannya kok kayak mau menjelek-jelekkan seseorang dengan cara mempertontonkan kepada masyarakat luas salah satu kejelekan orang tersebut.
no offence
no offense, sudah jelas itu akun palsu kok, anda nggak usah ikutan kebakaran jenggot. 🙂
pikir pakai akal sehat saja, saya sudah kasih tahu posting ini ke akun FB itu, dan dia sama sekali tidak memberi komentar atau protes di sini. dia hanya berani komentar ke teman saya soal posting ini.
kalau anda memang kenal dan bermaksud membela dia, ya saya sarankan anda cari tahu ini orang beneran ada atau tidak. 😉
wah mantap pak, baru tau blog bapak, ternyata isinya bermutu semua.
ga akan komen ah klo masalah pak tif mah, udah jelas dia ga konsisten hihi…
hahaha aneh ya, seharusnya tidak langsung seemosi tyo, bawa2 binatang, kalau gtu terlihat org yg tidak berpendidikan
Wahh, kasar sekali ya kata-katanya…
orang-orang seperti ini nih yang susah diajak debat sehat 🙂 Oya, tapi apa udah dipastikan kalau dia itu fans nya Pak Tif? (eh emang menkominfo punya fans club ya?) Kalau dari bahasanya kok kesannya provokatif banget
Keren nie postingan ☺ Mobdev saya sampe megab² saat scrolling pixel per pixel. Salam…
Perihal istilah ‘Islam konservatif’, menurut hemat saya tidak ada makna negatif di situ. Meskipun, terdapat tendensi penulisnya mempunyai pikiran dikotomis, yaitu memecah belah antara Islan dan non Islam, dengan maksud yg dia sendiri yg tahu. Padahal, konon dia mengatasnamakan ‘publik Indonesia’ yg seharusnya berpikir secara ke-Indonesiaan.
Perihal UU ITE, tulisan di blog ini juga kontraproduktif. Khususnya Pasal 29 di atas, bukankan isi blog ini juga melakukan hal serupa, yaitu “ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.” Apakah penulisnya merasa punya hak menyampaikan pada publik sampah2 di atas?
Saya menyasar ke blog ini, setelah membaca arsip ini di email saya (kebetulan lagi bersih2 email).
“> Sama Gan,.. wong ini msh buat training jg. blom berani implementasi langsung,.
> Makasih infonya,. ato saya yg kurang dalam instalasi virtual mesin-nya ya,..??
> ngomong2,.. VMware versi berapa yg Agan pake???
anak-anak kecil sekarang kayaknya mengira seluruh dunia internet itu kaskus ya.”
Ryo Saeba ini menurut hemat saya merasa sok besar, melihat orang2 dengan tulisan yg dia tidak suka sebagai anak2 kecil. Saya menduga, Ryo Saeba sama kecil pikirannya dengan orang2 yg dia anggap kecil. Blog ini ternyata merepresentasikan kekerdilan Ryo Saeba. Apa boleh buat, demikianlah pandangan sekilas saya.
dunia memang tidak selebar kaskus gan. ada yang bilang kaskus berdiri tahun 1999, ada juga yang bilang tahun 2000, tapi intinya kaskus berdiri lama setelah internet dan mailing list itu ada.
lalu soal Islan [sic] dan non Islam, itu sih dikotomi karangan anda ya. Masih ada model Ulil dan tokoh Islam lainnya yang tidak sependapat dengan Tifatul, ataupun PKS pada umumnya, yang mengusung soal moral sementara kadernya pada korupsi dan nonton pornografi.
soal kerdil memang adalah hak seseorang memandang orang lain yang dianggap lebih rendah ke orang lain, ya seperti anda memandang rendah saya, yang tidak ada bedanya dengan saya memandang orang pakai bahasa agan-agan adalah orang yang impresi internet pertamanya adalah kaskus. kesimpulannya, tak ada bedanya antara anda dengan saya.
bagaimana dengan kasus pastur dengan pelecehan sexualnya dengan anak kecil yang sempat membuat malu paus..??? setiap khutbah selalu mengajarkan kebaikan tetapi realitanya tidak semudah perkataannya ?? bukan masalah agama bung tetapi masalah manusianya, apakah orang orang yang sangat benci dengan islam bisa saya sebutkan kristen konservatif ???
Fantastic beat ! I wish to apprentice while you amend your site, how can i subscribe for a blog site? The account helped me a acceptable deal. I had been tiny bit acquainted of this your broadcast provided bright clear idea