selamat jalan, Steve


Thanks Steve
image by Jonathan Mak Long

hari ini, atau 5 oktober 2011 waktu amerika, Steve Jobs yang lebih dikenal sebagai pendiri Apple, meninggal di usianya yang ke 56. saya tidak pernah bicara dengan beliau, bentuk kontak yang ada hanyalah lewat berbagai produknya yang telah saya pakai. namun berbeda dengan produk lain, produk dari Apple ini membekas di dalam hati, dan pada akhirnya membuat saya merasa kehilangan ketika mendengar berita Jobs telah tutup usia.
saya pertama kali melihat produk Apple adalah di laboratorium komputer jurusan Informatika ITB, berupa sebuah Macintosh Classic. dan seperti pada umumnya mahasiswa yang seumur hidupnya cuma pernah mengenal IBM PC compatible, hal paling pertama yang ditanyakan adalah bagaimana cara menyalakannya. dan ternyata jawabannya pun membuat saya lumayan takjub waktu itu: bisa dinyalakan langsung lewat keyboard-nya. takjub karena buat orang yang sudah terbiasa mencari tombol on/off di badan komputernya, menyalakan komputer langsung dari keyboard selain merupakan hal yang tidak biasa, juga merupakan sebuah kepraktisan tersendiri. dan Steve Jobs memang dikenal suka mendesain produknya secara sederhana dan elegan.
pengalaman unik tersebut tidak serta merta membuat saya memakai produk Apple. status sebagai mahasiswa yang belum berpenghasilan, sementara hampir tidak ada produk Apple yang bisa dibilang murah, serta praktis tidak ada kebutuhan untuk memakai sebuah Mac di perkuliahan membuat produk Apple hanyalah sebuah produk eksklusif dan mahal di mata saya waktu itu.
sampai akhirnya saya bekerja pun, notebook pertama yang saya beli adalah sebuah IBM Thinkpad X20 bekas. produk Apple yang akhirnya pertama kali saya beli adalah iPod Nano generasi pertama, dengan ukuran 4 GB. pertimbangan saya dahulu adalah harga flash memory di akhir tahun 2005 masih mahal, namun harga iPod Nano ini bisa dibilang lebih murah ketimbang membeli USB flashdisk ukuran 4 GB di waktu itu. jadilah saya pertama kali memiliki sendiri sebuah produk Apple, yang ternyata bukanlah sebuah awal yang baik, karena casing ipod nano generasi pertama itu terkenal sangat mudah tergores. hanya dalam waktu dua minggu iPod Nano saya sudah baret-baret, sementara mencari casing pelindung untuk sebuah produk yang baru pertama kali muncul bukanlah hal yang mudah.
namun ternyata saya tidak kapok. di tahun 2006, melihat ada yang menawarkan sebuah iBook 800 Mhz bekas dengan harga yang lumayan terjangkau, saya putuskan untuk membelinya. saya masih ingat perjalanan pulang dari Mal Taman Anggrek menggunakan motor GL Pro dengan kardus iBook yang saya letakkan di atas tangki motor, dan pegangannya saya ikat ke badan supaya tidak jatuh. dari sinilah saya belajar menggunakan antarmuka grafis Mac OS X, yang diperkuat dengan akses langsung ke CLI (command line interface) melalui aplikasi Terminal. bisa dibilang saya lebih banyak belajar tentang CLI di mac ketimbang di linux ataupun di windows, padahal Mac lebih dikenal dengan GUI (graphical user interface) yang indah. akses mudah ke CLI ini yang saya duga membuat banyak programmer, seperti saya, suka menggunakan Mac.
belakangan saya memiliki berbagai macam produk Apple. ciri khusus dari semua produk Apple adalah sederhana dan elegan. belum pernah saya menemukan komputer desktop ataupun notebook dengan tombol maupun lampu indikator yang lebih sedikit ketimbang keluaran Apple. orang mungkin akan mencibir melihat sebuah smartphone ataupun tablet dengan hanya satu tombol dan tanpa keyboard sama sekali, namun seperti kata Steve Jobs, kebanyakan orang tidak tahu apa yang mereka mau sampai diperlihatkan barangnya.
saya bahkan pada awalnya termasuk yang tidak mau membeli iPad, karena saya tidak tahu mau dipakai buat apa. namun ketika pada sebuah acara keluarga melihat para keponakan menggunakan iPad untuk bermain game, yang jauh lebih interaktif dan batere tahan lama ketimbang game device khusus seperti PSP, saya akhirnya membeli sebuah iPad juga. memang benar kata Steve, akhirnya saya tahu apa yang saya mau setelah diperlihatkan sendiri penggunaannya.
melihat berbagai kesuksesan Apple di bawah pimpinan Steve Jobs, membuat saya melontarkan kekhawatiran saya di tahun lalu: apakah Apple akan tetap bisa sukses tanpa Steve? kini beliau sudah berpulang, akan kita lihat apakah Apple akan tetap bisa mengeluarkan produk sehebat seperti sewaktu Steve masih ada.
selamat jalan, Steve.

,

10 responses to “selamat jalan, Steve”

  1. gak pernah pake ipad ,ipod, tapi sedih jadi kepikiran ada lagi gak ya animasi sebagus Buzz Lightyear di Toy Story,monster Inc,The Incredibles,finding nemo ? to infinity and beyond!

  2. Orang yang akan dikenang adalah orang yang banyak karyanya, bukan kekayaannya. Meski Steve Jobs kaya tapi itu karena karya nya. Rasanya masih gak percaya. Adakah Steve Jobs lain yang akan muncul?

  3. Saya kaget mendengar kabar ini tadi pagi. 🙁
    Masalahnya saya kaget karena terjadi gak lama setelah ia mengundurkan diri dari bangku CEO.
    Jangan2 beliau mundur dan menunjuk Tim Cook karena ia merasa waktunya sudah akan tiba…? 😥

  4. saya baru pernah merasakan koding sehari menggunakan apple, hihi
    lupa waktu itu nama editornya apa ya, yang sekalian gabung dengan ftp client

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *