Mengapa iPhone tetap eksis walau Android sudah meraja-lela?
Seminggu ini saya hidup tanpa iPhone. Dia hilang di KRL, entah terjatuh atau sengaja diambil orang lain. Life goes on, but with added annoyances here and there without my iPhone. Untuk itu saya mengandalkan Sony Xperia Z3 Compact.
Harus saya jelaskan mengapa saya memilih Z3 Compact ini. Dimensinya cuma 4.6″, mudah dikantongi, waterproof, batere tahan lama. Termasuk kelas high end Android dengan harga sekitar 5.2 juta saat saya beli.
Now the annoyances. Tiap kali ganti simcard, Z3 merasa wajib restart. Dan tiap restart, ada masa 5-10 menit area notifikasi dan sekitarnya di layar bagian atas tidak responsif.
Saya jarang nyetir mobil akhir-akhir ini mengingat macetnya Jakarta, but when I do, I’d like to listen 👂 to music please. iPhone 128 GB saya menyediakan 1300-an lagu yang bisa saya nikmati di mobil melalui head unit mobil, baik lewat kabel lightning maupun Bluetooth. Dan jangan lupa navigasi dengan Waze, suara musik otomatis merendah ketika ada suara panduan aktif, lalu meninggi lagi setelah panduan selesai.
Karena sudah tidak ada iPhone, saya beralih ke Z3 untuk urusan musik & Waze. And I fucking hate it. Koneksi lewat kabel mode MTP kadang berhasil, kadang read error. Kalau sudah berhasil jangan senang dulu, di alunan musik kadang mendadak berhenti dan read error lagi; saya harus melepas dan menyambungkan kabel lagi.
Koneksi lewat Bluetooth awalnya menjanjikan. Jika tadi lewat kabel waze hanya bisa lewat speakerphone, maka lewat Bluetooth suara panduan waze bisa masuk ke head unit mobil. Namun setelah panduan selesai, musik juga turut berhenti dan tidak bisa lanjut lagi. Fucking annoying.
In short, iPhone just works. Android? You need to get your act together. Saya tahu Z3 Compact yang mahal itu tidak bisa dianggap mewakili semua Android, tapi saya harus coba berapa Android sehingga bisa menemukan yang sepraktis iPhone?

View on Path


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *