dalam sebuah pemberitaan di detik kamis kemarin, dikabarkan bahwa microsoft diundang masuk dewan TIK, Teknologi Informasi & Komunikasi:
Craig Mundie, Chief Research and Strategy Officer Microsoft Corp. menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dalam pertemuan tersebut, diumumkan nota kesepahaman (MoU) pemakaian software Microsoft legal di kalangan pemerintah dan BUMN.
…
Pertemuan antara Mundie dengan SBY juga membicarakan kemitraan sektor publik dan swasta di bidang TI. Salah satunya dengan mengundang Mundie sebagai penasihat Dewan TIK Nasional. Mundie pun menyambut baik undangan tersebut.
…
“Pemerintah ingin kita meneladani pemanfaatan TIK untuk menciptakan perekonomian berbasis pengetahuan. Dukungan Microsoft di bidang peningkatan keterampilan TI serta memberdayakan industri TI domestik, sudah lama dilakukan dalam upaya membantu Indonesia bergerak ke arah perekonomian berbasis pengetahuan,” kata Sofyan Djalil.
saya mengenal perangkat lunak microsoft sejak saya masih SMP, dan sewaktu saya kuliah di informatika ITB, nyaris tidak ada yang tidak pernah menggunakan perangkat lunak buatan microsoft. dari blog harry sufehmi:
Because of the reasons above, Borland’s Turbo series has helped Microsoft to dominate the PC platform, even though they’ll hate to admit it. Among the reasons of the OS/2’s failure (much to my grief) was lack of a big enough developer community (a vital ingredient to grow any platform).
hal yang sama yang saya rasakan sejak pertama kali diajarkan pemrograman saat kuliah, kita diajarkan mempergunakan turbo pascal dan mengembangkan aplikasi di atas platform microsoft. bahkan pada kuliah bahasa pemrograman aras rendah, target platform tetap microsoft. bisa dibilang, mayoritas pendidikan dalam bidang komputer / informatika di indonesia berdasarkan pada platform microsoft.
yang menjadi pertanyaan, walaupun kita (baca: indonesia) sudah satu dekade lebih “mendukung” dan “didukung” oleh microsoft, di mana posisi knowledge economy indonesia di dunia? atau kalau kita bisa perkecil lagi, di asia? kalau arti sebenarnya dari knowledge economy adalah ekonomi berbasis pengetahuan, kenapa kok dari pemberitaan di detik kesannya ekonomi berbasis pengetahuan kita akan bertambah lebih baik dengan masuknya salah satu petinggi microsoft dalam dewan TIK? apakah pengalaman kita selama satu dekade lebih menggunakan platform microsoft tidak bisa mencerminkan seberapa jauh (atau seberapa sedikit) sumbangan microsoft dalam memajukan ekonomi berbasis pengetahuan indonesia?
bagi saya pribadi, ketergantungan indonesia pada produk microsoft hanya mencerminkan bahwa ekonomi berbasis pengetahuan indonesia bagaikan kura-kura dalam perahu katak dalam tempurung, dengan microsoft berperan sebagai perahu tempurung tersebut. saya lebih percaya ungkapan dari mark shuttleworth, bahwa agar knowledge economy indonesia bisa kompetitif di mata dunia, adalah dengan membereskan dulu infrastruktur internet di indonesia, sehingga bisa dinikmati oleh semua orang dengan harga murah. dengan internet bisa dengan mudah diakses oleh penduduk indonesia, seharusnya knowledge economy indonesia akan lebih mudah berkembang.
lagipula, kalau memang microsoft ataupun pihak lainnya, pendukung proprietary maupun perangkat lunak merdeka (open source) percaya terhadap knowledge economy indonesia, lalu mengapa tidak ada satu pihak luar pun yang mau membangun pusat penelitian mereka di indonesia?
3 responses to “microsoft & knowledge economy”
Couldn’t agree more. Setuju banget bahwa yang dibutuhkan masyarakat indonesia saat ini (diluar pangan, pengentasan kemiskinan, dan kebodohan – pendidikan gratis), adalah pengembangan infrastruktur internet yang kuat dan hukum yang kuat. Sepuluh tahun saya sebagai pengguna aktif internet merasakan bahwa Indonesia masih jauh tertinggal dalam penyediaan sarana infrastruktur yang murah dan terjangkau.
Dalam kaitannya dengan Microsoft, saya juga melihat, rendahnya peran Microsoft dapat membantu pengembangan knowledge based economy di Indonesia. Ekonomi yang mana? Ekonominya Om Bill? Apabila ingin serius harusnya pemerintah mendukung gerakan Open Source yang saya herannya tidak pernah terdengar dari kubu Kominfo, malah dari kubu kementerian yang lain.
Produk berbasis Microsoft hanya membuat masyarakat Indonesia jago click dan install ulang, tanpa membuat anak bangsa lebih pintar, karena internally (how the operating system works) tidak terbuka (Open).
Saya pernah mencoba upaya serupa dengan mencoba menggiring Steve Jobs ke Indonesia, namun awareness pejabat penting pemerintahan kelihatannya tidak ada sama sekali. Mac OS X masih agak lumayan karena internal (how the operating system works) nya terbuka (Open) dan bisa dipelajari.
Kalo mau sama sekali ngepush, tunjukkin bahwa kita negara super power. Microsoft mau ngasih apa? Jangan cuma ngasih license gratis, yang dibutuhkan saat ini adalah infrastruktur gratis dan perangkat gratis yang dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat kita.
Nah kalo gitu boleh deh gua ngikut Pak Tony Chen 🙂
MS mendorong Knowledge ? Lha proses pembuatan user interface berbahasa Indonesia saja butuh waktu 1 tahun bandingkan dengan WinBI yang hanya 3 bulan, dg hasil yang lebih banyak.
Bukan karena faktor lebih pandai yang melakukannnya, tapi faktor kerelaan membuka teknologi dan mendorong pentransferan knowledge ke orang lokalnya yang berbebda
Ini bukan salah pemerintah, salah orang kampus-kampus yang para rektornya duduk di Dewan Ti ini seebagai penasehat, lha mereka sendiri lebih suka bermesraan dengan MS hehehehe
Money talks.
Berapa duit yang bisa dikasih oleh Microsoft untuk masuk ke kantong2 pejabat .VS. berapa duit yang bisa dikasih oleh pendukung OSS atau Apple.
Di Indonesia, bukan ‘may the best man win’, tapi ‘may the one who give me the most money, win’. Sedih tapi kenyataan.
Bukannya beberapa saat yang lalu di detik juga ada berita kalau Menteri kita yang nyambangi kantor Microsoft? Bukankah seharusnya sebaliknya?
oh.. well.. Republik BBM. 🙂
Microsoft sendiri sudah mencoba untuk membodohi orang Indonesia sewaktu meluncurkan Windows XP SE
http://idarmadi.blogspot.com/2005_03_01_archive.html
oh well….