sebutkan tiga


hari ini saya lihat cukup banyak yang ikut gerakan bebas rokok. dari planet terasi, ini beberapa di antaranya:

saya sendiri tidak ikut, lebih karena memang tidak mau sekedar ikut-ikutan. saya bukan perokok, dan tidak suka terkena asap rokok, dan juga pernah menulis sentimen tentang rokok. walaupun begitu, saya mengaku dulu sewaktu kuliah pernah merokok, namun berhenti sejak tingkat 2 karena memang tidak kuat merokok, tiap kali mencoba merokok saya langsung merasa mual dan kembung.
saya juga setuju bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan. saya tadinya juga setuju bahwa merokok pasif (disebut juga sebagai SHS, second hand smoke atau ETS, enviromental tobacco smoke) juga berbahaya, sampai doni di milis id-gmail menunjukkan artikel name three yang ditulis oleh dave hitt. doni juga menuliskan hal yang sama sebagai komentar di artikel priyadi.
inti dari tulisan dave hitt adalah, bersikaplah kritis ketika anda sedang dicekoki angka statistik dan kesimpulan dari hasil penelitian, karena bisa jadi ada fakta-fakta yang secara sengaja tidak diungkapkan atau sedikit dimodifikasi untuk mendukung tujuan semula. dan topik yang dibahas oleh dave hitt adalah, penyebutan angka bahwa sekitar 63 ribu orang setiap tahunnya meninggal akibat SHS. kalau memang sedemikian banyak yang meninggal… tentunya sangat mudah menyebutkan 3 nama orang yang meninggal akibat SHS. dan ternyata sampai saat ini tidak ada yang bisa menyebutkan 3 nama orang yang meninggal akibat SHS.
coba kita cuplik tulisan priyadi:

Penelitian ilmiah tentang bahaya perokok pasif telah dilakukan selama lebih dari 20 tahun. Tidak ada keraguan bahwa merokok secara pasif sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, menyebabkan kanker dan banyak penyakit pernafasan serta kardiovaskuler pada anak-anak serta orang dewasa, dan tidak jarang mempercepat kematian.

di dunia wikipedia, tulisan di atas tergolong weasel words.
paragraf berikutnya:

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah berkesimpulan bahwa asap rokok, sekecil apapun jumlahnya, tetaplah berbahaya. Rekomendasi WHO tentang hal ini mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok adalah dengan memberlakukan peraturan 100% bebas asap rokok bagi tempat-tempat umum.

di sini priyadi menyebutkan bahwa WHO yang menyimpulkan bahwa asap rokok itu berbahaya. dave hitt rupanya juga pernah membahas penelitian pertama WHO tentang ETS, dan ini fakta yang menurut saya menarik:

  • WHO mengadakan penelitian tentang ETS dan kanker paru-paru di eropa.
  • ini adalah penelitian yang menggunakan sampling berukuran besar, yaitu 650 penderita kanker paru-paru dan 1542 orang untuk kontrol.
  • tujuan penelitian adalah untuk mencari angka resiko yang lebih presisi, lalu menemukan apa saja perbedaan dari berbagai sumber ETS, dan pengaruh ETS pada kanker paru-paru.
  • penelitian dilakukan di 12 pusat penelitian di 7 negara eropa selama 7 tahun.
  • hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak ditemukan resiko yang signifikan terhadap non-perokok yang hidup bersama atau bekerja bersama perokok.
  • anak-anak yang orangtuanya perokok justru punya kemungkinan lebih kecil 22% terkena kanker paru-paru.

ad hominem
priyadi menjawab tantangan name three ini, antara lain dengan menyatakan bahwa dirinya dan ibu mertuanya adalah jawabannya, yang buat saya tidak valid karena priyadi belum meninggal. lalu beliau juga akhirnya menulis artikel khusus untuk membahas tantangan name three ini. beberapa kutipan yang menarik buat saya:

Yang membuat tantangan tersebut pertama kali adalah Dave Hitt, seorang ‘pejuang hak-hak perokok’.

waduh, priyadi sekarang main ad hominem. 🙂
ini adalah tulisan dave hitt:

Jim, I don’t smoke cigarettes. I used to, but quit, because I wasn’t comfortable with the risk. I do smoke cigars, but not a lot.

kalau kita luangkan waktu sejenak untuk membaca tulisan dave hitt, kita bisa menyimpulkan bahwa dia bukan ‘pejuang hak-hak perokok’, melainkan seseorang yang melihat keanehan pengungkapan hasil penelitian yang diusung oleh para pendukung anti rokok, terutama yang berhubungan dengan SHS. dia sendiri sangat menyadari resiko perokok aktif.
pernyataan yang menyesatkan
kembali ke tulisan priyadi:

Kesimpulannya: “Karena tidak ada yang bisa menyebutkan secara pasti siapa yang meninggal akibat merokok pasif, maka merokok pasif tidaklah berbahaya.”

tulisan priyadi di atas sangat misleading alias menyesatkan. dave hitt hanya menyarankan untuk melontarkan pertanyaan generik name three yang bisa berlaku ke sembarang hasil statistik yang mencurigakan, bukan hanya khusus membahas SHS. dalam tulisan statistics 102, dave menuliskan bahwa dalam statistik atau epidemiologi, correlation does not prove causation. sebagai contoh, semua pecandu narkoba di masa kecilnya ternyata minum susu, relasi ini tidak bisa dipakai untuk membuktikan bahwa ternyata anak kecil yang minum susu setelah besar nanti akan menjadi pecandu narkoba.
mencampur-adukkan dua hal yang berbeda

Merokok pasif adalah penyebab sekunder
Merokok pasif mempertinggi resiko terkena berbagai macam penyakit. Berikut adalah peringatan yang telah kita ketahui bersama:
Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.
Artinya, merokok adalah penyebab sekunder yang mempertinggi resiko terkena penyakit tertentu. Jika seseorang meninggal dunia, dalam sertifikat kematiannya tidak akan pernah disebut “meninggal akibat merokok pasif”, melainkan “meninggal akibat kanker paru-paru” atau “meninggal akibat serangan jantung”.

pada tulisan priyadi di atas, tidak ada batasan yang jelas apakah beliau sedang membahas perokok aktif atau pasif. pada bagian merokok dapat menyebabkan kanker… itu jelas sedang membahas resiko perokok aktif, namun beliau menggunakan bahasan resiko yang sama untuk perokok pasif di tulisan selanjutnya.
tulisan yang kontradiktif

Perhatikan kata-kata ‘estimates’, ‘estimated’, ‘approximately’, ‘up to’. Perhatikan pula angka-angka tersebut tidak akurat sampai angka penting terakhir. Ini disebabkan karena angka-angka tersebut adalah hasil perhitungan statistik, dan bukan diambil dari jumlah orang yang benar-benar meninggal akibat merokok pasif.

buat yang ingin tahu apa sih perhitungan statistik / epidemiologi yang dipakai untuk menghitung angka resiko, dave hitt membuat dua tulisan yang sangat bagus untuk dibaca, statistics 101 dan statistics 102. dalam penjelasan mengenai epidemiologi, untuk bisa menghasilkan perhitungan statistik yang relatif akurat, memang harus disurvei berbagai parameter, seperti apakah benar tidak merokok, apakah benar dia sakit paru-paru dan bukan perokok, dan selanjutnya. intinya, membuat penelitian seperti ini tidak murah, tidak mudah, dan tidak cepat.

Mengapa seperti itu? Karena sulit untuk menentukan penyebab sekunder dari sebuah kematian, jika ada. Jika seseorang meninggal akibat serangan jantung, akan sulit dan sangat tidak praktis untuk menentukan apakah serangan jantung tersebut benar-benar diakibatkan merokok pasif, obesitas, faktor genetis atau hanyalah nasib yang tidak beruntung.

kalau alasannya demi kepraktisan, ya masuk akal kalau hasil penelitian tentang SHS juga ngawur, karena demi kepraktisan. 🙂
biological plausibility

Secara sederhana, kesimpulan tersebut berasal dari hipotesis bahwa asap rokok mengandung berbagai macam racun. Dari hipotesis tersebut dibuat penelitian untuk mempelajari perbedaan jumlah kematian pada kelompok perokok pasif dan jumlah kematian pada kelompok bukan perokok pasif. Sebagian besar penelitian mengatakan jumlah kematian pada perokok pasif lebih besar daripada kelompok bukan perokok pasif. Dari sini bisa dihitung estimasi jumlah korban meninggal akibat merokok pasif.

mari kita lihat pernyataan di atas dari cara pandang yang berbeda. dalam tulisan statistics 102, dave menulis tentang biological plausibility:

Does the connection make sense? The idea of smokers being more susceptible to diseases of the mouth, throat and lungs sounds plausible, but how would smoking cause colon cancer? What biological mechanism could make this happen?
Pay close attention to studies that compare the effects on “passive smokers” to the effects of primary smokers. Quite often you’ll find that illnesses are just as common (or almost as common) in the non-smokers as in the smokers. Considering that even in the smokiest environment non-smokers only inhale a fraction of a cigarette a day, such claims are not biologically plausible. Or to put it in everyday language, they just don’t make any sense.

analogi dari analogi?

Dave Hitt membuat pernyataan “Karena tidak ada yang bisa menyebutkan secara pasti siapa yang meninggal akibat merokok pasif, maka merokok pasif tidaklah berbahaya.” Dengan analogi yang sama, karena tidak ada yang bisa menyebutkan siapa yang meninggal akibat terkena meteorit, maka tidak mungkin manusia meninggal akibat terkena meteorit. Kenyataannya meteorit bisa mencapai permukaan bumi, dan dengan demikian bukan tidak mungkin mendarat tepat di seseorang.

kalimat yang saya cetak tebal sudah dibahas di atas, dan itu sudah terbukti bukan pernyataan dari dave hitt.
tapi analogi tentang meteor cukup menarik, karena kalau pakai semangat yang sama dengan gerakan anti rokok ini, kita bisa menggelar kampanye anti meteorit. ini bisa ditindak-lanjuti dengan meminta amerika meneruskan program perang bintangnya, sehingga kita bisa menembaki segala benda angkasa yang dicurigai bisa jatuh ke bumi.
penutup
saya bukannya anti pada gerakan bebas asap rokok ini, saya juga tidak suka menghirup asap rokok kok. yang saya ungkapkan adalah alasan-alasan yang secara ilmiah tidak bisa dipertanggung-jawabkan, yang sayangnya tulisan dave hitt yang banyak menjelaskan alasan ilmiahnya malah dikatakan absurd oleh priyadi. 😐
bukan berarti dave hitt sepenuhnya benar juga. dia sempat agak menjurus ke ad hominem ketika menuliskan kenyataan bahwa istilah perokok pasif pertama kali dipopulerkan oleh anak buah hitler di waktu nazi jerman berjaya, dan membandingkan para pendukung anti-rokok itu dengan nazi. namun bukan berarti semua tulisan dave hitt menjadi salah akibat pembandingan ini, sisi penjelasan ilmiahnya sangat masuk akal dan dilengkapi dengan panduan untuk mengerti ilmu statistik.
saran saya sih, check your facts. saya juga mau hidup bebas asap rokok, tapi dengan alasan yang benar dan bukan mengada-ada.

, ,

49 responses to “sebutkan tiga”

  1. untung di tulis
    coba di omongkan
    pasti lebih panjang lagi nih
    btw gue ga merokok
    karna ga tau untungnya apaan
    ada yang tau untungnya?
    sapa tau gue bisa tertarik merokok
    kalo emang ada untungnya

  2. Satu hal yang pasti, saya ga suka asap rokok. Mau sehat atau tidak sehat itu urusan belakangan, yang jelas saya tidak suka itu asap.
    Jadi masalah statistik itu bisa dibelakangkan karena hampir pasti semua yang ikut kampanye ini tidak suka mengisap asap rokok.

  3. btw, itu di alinea 3 link utk “menuliskan hal yang sama sebagai komentar di artikel priyadi” memang sengaja kosong atau gimana?

  4. Satu hal yang pasti, saya ga suka asap rokok. Mau sehat atau tidak sehat itu urusan belakangan, yang jelas saya tidak suka itu asap.
    Jadi masalah statistik itu bisa dibelakangkan karena hampir pasti semua yang ikut kampanye ini tidak suka mengisap asap rokok.

    coba klik link blog yang melakukan kampanye yang saya sediakan di atas, sebagian besar menggunakan template yang sama, yaitu yang mengusung pendapat soal bahaya SHS. kalau memang mau dibelakangkan, alangkah lebih baik kalau soal bahaya SHS itu nggak usah ditulis kalau memang tidak yakin itu valid atau tidak.

    btw, itu di alinea 3 link utk “menuliskan hal yang sama sebagai komentar di artikel priyadi” memang sengaja kosong atau gimana?

    kesalahan teknis, mohon maaf, sudah diperbaiki.

  5. beberapa hal:
    1. tulisan pernyataan adalah adaptasi dari boilerplate contoh pernyataan dari WHO di sini: http://www.who.int/tobacco/communications/events/wntd/2007/sample_letters/en/index.html
    2. pernyataan tersebut didesain supaya singkat, padat dan jelas untuk konsumsi publik. bukan untuk memberi informasi tentang seluruh penelitian tentang rokok dari A sampai Z
    3. jika ada pertanyaan2 lanjutan, WHO menyediakan leaflet yang bisa didownload aktivis di http://www.who.int/tobacco/resources/publications/wntd/2007/en/index.html. tentunya leaflet itu gak terlalu tebal, tapi seluruh referensi ada di situ
    4. saya curiga saya kena infeksi paru2 dulu akibat merokok pasif. kalo saya gak bisa bayar rumah sakit mungkin sekarang udah mati. ibu mertua saya selalu kambuh asmanya di tempat berasap rokok, kalo gak bawa alat penyembuh asma (apa tu namanya?), ya gitu lah.
    5. tentunya #4 cuma perasaan dan kalau ditagih bukti atau bukti sebaliknya, saya dan dokter saya gak bisa kasih bukti pastinya (saya gak ngerokok). tapi tentunya kondisi yang sama juga berlaku bagi yang ingin membuktikan sebaliknya: bahwa SHS tidak berbahaya bagi kesehatan. mereka juga gak bisa memanfaatkan fakta tidak ada yang bisa menunjuk orang spesifik yang meninggal akibat SHS sebagai bukti bahwa SHS tidak menyebabkan kematian (argumentatum ad ignorantiam). beberapa komen di tempat gua juga bilang ada yang meninggal gara2 SHS, tapi tentunya sama aja, gak akan bisa dibuktikan secara ilmiah.
    6. “Artinya, merokok adalah penyebab sekunder” harusnya “Artinya, merokok pasif adalah penyebab sekunder”. salah ketik telah diperbaiki
    7. soal statistik dave hitt, the horse has been beaten to death several times before. berikut sedikit hasil om google: http://skepdic.com/news/newsletter64.html http://www.apathysketchpad.com/blog/2006/03/13/col-davehitt/
    8. WHO dalam aksi ini sama sekali gak membahas colon cancer, di wikipedia juga gak ada, mungkin karena masih belum benar2 terbukti, http://www.who.int/tobacco/research/cancer/en/index.html, walaupun di sana ada dugaan biological plausability-nya
    9. oot, soal ‘gerakan anti meteorit’ bukannya gak ada 🙂 misalnya http://asteroid.lowell.edu/asteroid/loneos/loneos.html
    10. i can’t believe i’m spending this night digging dave hitt again 🙂

  6. gua pengen berenti merokok, tapi ya gimana gua dewan syuro nya *pinjem kalimat pak kus bwakakakaa…. susah berenti woy! kalo dengerin tiga gini sambil rokok-an dan ngopi…. ngeunah siga na mah 😀 *ngacirrrr

  7. bapak saya perokok.. saya dan adik-adik saya sama-sama pernah terkena penyakit paru-paru basah.. (bukan kanker paru-paru)

  8. tapi tentunya kondisi yang sama juga berlaku bagi yang ingin membuktikan sebaliknya: bahwa SHS tidak berbahaya bagi kesehatan.

    itu sudah disebut oleh dave hitt. korelasi statistik tidak bisa digunakan untuk prove atau disprove causation.

    “Artinya, merokok adalah penyebab sekunder” harusnya “Artinya, merokok pasif adalah penyebab sekunder”. salah ketik telah diperbaiki

    jadi kalau diperbaiki menjadi:

    Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.
    Artinya, merokok pasif adalah penyebab sekunder yang mempertinggi resiko terkena penyakit tertentu.

    lho? kok tetap dicampur-aduk antara fakta perokok aktif dengan pasif?

    soal statistik dave hitt, the horse has been beaten to death several times before. berikut sedikit hasil om google: http://skepdic.com/news/newsletter64.html http://www.apathysketchpad.com/blog/2006/03/13/col-davehitt/

    untuk yang skepdic, itu membahas tentang EPA, bukan WHO yang anda bahas. dan penyebutan argumentum ad ignorantiam hanya menunjuk ke skepdic sendiri, karena sama seperti anda, dia terpaku pada “karena tidak bisa menyebutkan 3 nama, maka SHS tidak berbahaya”.
    untuk yang apathy sketchpad, justru komentar-komentar di sana menarik. silakan dibaca sendiri, dan saran saya, jangan langsung mengambil posisi di salah satu pihak, ambil posisi netral dulu, nanti bisa tersaring mana tulisan yang berguna, dan mana yang ad hominem (baik andrew maupun yang lain melakukannya, tapi coba lihat tulisan DRA, dan juga angus. soal andrew, lihat bagaimana dia berusaha melabeli orang lain “pro-hitt”).

    i can’t believe i’m spending this night digging dave hitt again 🙂

    anyway you’re telling it, you lose. karena:
    1. sudah telanjur menyatakan “ini adalah kali terakhir membahas tentang dave hitt”
    2. “tutup telinga dan mengatakan ‘nananananana!’”

  9. #10:

    itu sudah disebut oleh dave hitt. korelasi statistik tidak bisa digunakan untuk prove atau disprove causation.

    ini kembali ke metoda ilmiah dasar. pertama-tama ada observasi bahwa merokok menyebabkan kanker dsb. kemudian dibuat hipotesis bahwa karena asap rokok yang dihisap perokok dapat menyebabkan kanker dsb, maka asap second hand seharusnya juga bisa menyebabkan kanker dsb bagi perokok pasif. uji statistik di sini dilakukan untuk menguji hipotesis tersebut.
    jadi kita gak berangkat terlebih dahulu dari hasil statistik bahwa perokok pasif menderita lebih banyak kanker dsb daripada non perokok pasif. dan kemudian dari situ baru disimpulkan bahwa merokok pasif menyebabkan kanker dsb tanpa mempertimbangkan biological plausability. tanpa adanya plausability, maka ini hanya korelasi, bukan ‘causation’
    tuduhan ‘correlation does not imply causation’ lebih pas kalau uji statistik tidak memiliki atau minim biological plausability. misalnya hubungan antara sutet dan leukemia.

    lho? kok tetap dicampur-aduk antara fakta perokok aktif dengan pasif?

    well, perokok aktif dan pasif sama2 menghidup asap yang sama. yang membedakan cuma kadarnya.

    silakan dibaca sendiri, dan saran saya, jangan langsung mengambil posisi di salah satu pihak, ambil posisi netral dulu, nanti bisa tersaring mana tulisan yang berguna, dan mana yang ad hominem

    gua mengikuti perkembangan ini sejak beberapa tahun yang lalu. been there done that. bagi gua udah jelas sekarang sudah bukan waktunya lagi untuk mengambil posisi netral

    karena sama seperti anda, dia terpaku pada “karena tidak bisa menyebutkan 3 nama, maka SHS tidak berbahaya”.

    actually that’s the whole point 🙂 komentar doni bilang gitu, bahkan judul posting ini juga gitu :).

  10. gua mengikuti perkembangan ini sejak beberapa tahun yang lalu. been there done that. bagi gua udah jelas sekarang sudah bukan waktunya lagi untuk mengambil posisi netral

    jadi, sudah tidak perlu lagi diskusi untuk mempertimbangkan pertanyaan mengenai hasil penelitian ya. toh sudah mengambil posisi, jadi apapun suara dari posisi yang berseberangan, itu cuma sampah.

    actually that’s the whole point 🙂 komentar doni bilang gitu, bahkan judul posting ini juga gitu 🙂

    sebenarnya itu pertanyaan yang bisa diajukan oleh orang awam ke orang yang mengusung angka-angka hasil penelitian. misalnya bisa jadi ada hasil survei bahwa drunk driving meningkatkan angka kematian, ketika disebut name three, akan sangat mudah menyebutkan nama korban, waktu kecelakaan, penyebab kematian (perdarahan hebat, etc, tapi yang jelas diakibatkan oleh kecelakaan yang penyebabnya pengemudi yang mabuk).
    tapi ketika ditanya soal korban SHS… wallahualam. it’s only burden of proof, right?

  11. #12:

    jadi, sudah tidak perlu lagi diskusi untuk mempertimbangkan pertanyaan mengenai hasil penelitian ya. toh sudah mengambil posisi, jadi apapun suara dari posisi yang berseberangan, itu cuma sampah.

    penelitian tentang SHS bukan cuma WHO 1998 atau EPA 1992 atau Helena 2002 yang kontroversial. ada banyak penelitian yang lebih baru yang merupakan revisi dari penelitian2 sebelumnya dan sebagian besar berkesimpulan kalau SHS berbahaya. jadi bukan sekadar ikut2an™ 🙂

    sebenarnya itu pertanyaan yang bisa diajukan oleh orang awam ke orang yang mengusung angka-angka hasil penelitian. misalnya bisa jadi ada hasil survei bahwa drunk driving meningkatkan angka kematian, ketika disebut name three, akan sangat mudah menyebutkan nama korban, waktu kecelakaan, penyebab kematian (perdarahan hebat, etc, tapi yang jelas diakibatkan oleh kecelakaan yang penyebabnya pengemudi yang mabuk).

    yup, orang awam mungkin bisa aja mengajukan pertanyaan itu. makanya gua bikin posting/balasan kalau masalahnya tidak sesederhana itu. SHS itu pasif, gak dilakukan secara sadar, hampir tidak meninggalkan bekas (kebiasaan merokok bisa dilihat dari rontgen misalnya, tapi SHS gak bisa), dan jika ada, efeknya relatif seragam untuk seluruh populasi. tapi kita tau kalo SHS meningkatkan resiko terkena penyakit.
    masalahnya, dave hitt bukan orang awam…
    contoh lain: polusi CO, SOx, NOx, logam berat dan partikulat karbon meningkatkan resiko macam2 penyakit. tapi gak ada yang bisa menentukan secara pasti kalo seseorang meninggal akibat terkena polusi.

  12. Hahaha tumben Priyadi sama Ryosaeba berantem, mending cari musuh bareng saja, Om Roy!
    Diskusi sama-sama modal google aja ribut ! hehehe

  13. 16 >” diskusi modal Google aja ribut” wahhahahahahah…. loetjoe!
    cuman mo nanggappin hubungan kanker colon (usus) dgn merokok. nicotine dan heavy metals lain akan menempel di tangan, bibir, baju, rambut dll. kalau anda cenderung makan dgn tangan tidak kecil kemungkinan anda akan menyerap nicotine dan heavy metal tsb. sehingga mungkin sekali masuk hingga menetap di usus besar anda. i think there is biological plausibility.
    gue sendiri terganggu oleh asap rokok dan ngomel kalau ada yg merokok di deket anak2 gue atau istri gue.

  14. Menurut saya “Name three!” tidak tepat diajukan kepada suatu “hasil penelitian statistik”, karena yg namanya “hasil penelitian statistik” bukanlah “data statistik” melainkan sudah berbentuk informasi. Semakin tidak tepat lagi “Name three!” itu diajukan kepada orang-orang yg hanya “meneruskan” hasil penelitian tersebut kepada orang lain.
    Lebih tepat jika “Name three!” tsb diajukan kepada si pembuat penelitian, karena merekalah yg mempunyai seluruh data secara lengkap. Dalam kasus artike priyadi tsb, lebih tepat pertanyaan tsb diajukan kepad WHO yg membuat penelitian. Saya yakin mrk mempunyai data lengkap mengenai sampel manusia yg mereka teliti.
    Jika tujuan Anda adalah menguji kebenaran dari hasil suatu penelitian, sebaiknya lakukan investigasi langsung kepada data-data sumber hasil penelitian tsb dari para penelitinya.
    “Name three!” hanyalah pertanyaan (atau pernyataan?) main-main yang dapat membuat seseorang menjadi ragu akan informasi suatu hasil penelitian. Good question to wrong person.

  15. kalo gue sih, apapun alasannya :
    gue tetep gak suka asap rokok !!!
    masa sih itu aja gak cukup ???
    hak tinggal hak, asapnya tetap mengganggu,
    mana hak yg gak merokok ??
    selamat berpolemik 🙂 it keeps the world around
    (jgn kelamaan tapi yah)
    thx for both of you

  16. penelitian tentang SHS bukan cuma WHO 1998 atau EPA 1992 atau Helena 2002 yang kontroversial. ada banyak penelitian yang lebih baru yang merupakan revisi dari penelitian2 sebelumnya dan sebagian besar berkesimpulan kalau SHS berbahaya. jadi bukan sekadar ikut2an™

    gue baca ada penelitian baru yang berdasarkan meta-analisis. yang jadi pertanyaan, meta-analisis ini mengikutkan juga nggak hasil penelitian tahun 1988 yang sepertinya malah kontroversial kalau dipublikasikan? atau menjadi “file drawer effect” saja?

    contoh lain: polusi CO, SOx, NOx, logam berat dan partikulat karbon meningkatkan resiko macam2 penyakit. tapi gak ada yang bisa menentukan secara pasti kalo seseorang meninggal akibat terkena polusi.

    lalu, apa benar tidak ada faktor dari polusi udara yang tidak mempengaruhi hasil penelitian? sepertinya harus dibatasi juga sampling yang hidup bebas dari polusi namun benar-benar terkena SHS.
    tambahan lagi, salah satu dari dua penelitian baru yang situ ajukan juga memperlihatkan hasil pada adult, sementara untuk anak-anak tidak ada. bukan berarti tidak ada penelitian yang tidak ada kesimpulannya untuk pengaruh SHS pada anak-anak ya, cuma curious aja kenapa penelitian baru itu nggak mencantumkan pengaruh ke anak-anak.

  17. #20:

    gue baca ada penelitian baru yang berdasarkan meta-analisis. yang jadi pertanyaan, meta-analisis ini mengikutkan juga nggak hasil penelitian tahun 1988 yang sepertinya malah kontroversial kalau dipublikasikan? atau menjadi “file drawer effect” saja?

    FYI, hasil yang negatif di Boffetta 1998 cuma “exposure pada anak2 menyebabkan kanker paru2”. sisanya positif tapi katanya tidak “statistically significant” (dalam artian RR 1.0 berada dalam CI, kriteria yang sering dipake grup2 anti tobacco ban). ‘tidak statistically significant’ artinya “hasil statistik tidak bisa membuktikan hipotesis”, dan bukan “hasil statistik berkesimpulan kalo hipotesisnya salah”.
    untuk memperbaiki significance, harus pake jumlah sampel yang lebih besar, salah satunya dengan meta-analysis. kalo sampel Boffetta 1998 dipakai dalam meta-analysis, Bofetta 1998 tetap akan berkontribusi ke arah positif.

    lalu, apa benar tidak ada faktor dari polusi udara yang tidak mempengaruhi hasil penelitian? sepertinya harus dibatasi juga sampling yang hidup bebas dari polusi namun benar-benar terkena SHS.

    bukan masalah. kalau antara sampel kontrol dan sampel eksperimen sama2 terkena polusi udara, tapi berbeda hasilnya antara korban SHS dan non korban, maka tetap signifikan. justru kalo antara sampel kontrol dan sampel eksperimen ada perbedaan dalam hal eksposur polusi, ini bisa jadi confounding.

    tambahan lagi, salah satu dari dua penelitian baru yang situ ajukan juga memperlihatkan hasil pada adult, sementara untuk anak-anak tidak ada. bukan berarti tidak ada penelitian yang tidak ada kesimpulannya untuk pengaruh SHS pada anak-anak ya, cuma curious aja kenapa penelitian baru itu nggak mencantumkan pengaruh ke anak-anak.

    ada banyak pengaruh kesehatan SHS pada anak2. yang dipertanyakan itu hubungan antara SHS dan ‘lung cancer’ pada anak2.

  18. “hasil statistik tidak bisa membuktikan hipotesis”, dan bukan “hasil statistik berkesimpulan kalo hipotesisnya salah”.

    waduh, lama-lama kelihatan nih siapa yang beating a dead horse. rasanya sudah 3 kali bahas soal prove and disprove.

    untuk memperbaiki significance, harus pake jumlah sampel yang lebih besar, salah satunya dengan meta-analysis. kalo sampel Boffetta 1998 dipakai dalam meta-analysis, Bofetta 1998 tetap akan berkontribusi ke arah positif.

    itulah mengapa hasil penelitian yang lebih baru lebih menitik-beratkan pada dewasa ya, bukan anak-anak.

    masalahnya, dave hitt bukan orang awam…

    wah, how very convenient. ada bacaan bagus nih yang membahas hal seperti ini. hati-hati hipokrit. 🙂

  19. waduh, lama-lama kelihatan nih siapa yang beating a dead horse. rasanya sudah 3 kali bahas soal prove and disprove

    apa masalahnya? jika hipotesis A diuji dengan statistik dan hasilnya tidak signifikan, maka artinya “uji statistik tersebut tidak dapat membuktikan hipotesis A”, dan bukan “uji statistik tersebut membuktikan hipotesis A salah”
    ini gak ada hubungannya dengan prove disprove di atas yang berhubungan dengan biological plausability.

    itulah mengapa hasil penelitian yang lebih baru lebih menitik-beratkan pada dewasa ya, bukan anak-anak.

    kalau mau yang anak2, bisa coba dicari penlitian tentang asma atau bronchitis misalnya, bukan kanker paru2.

    wah, how very convenient. ada bacaan bagus nih yang membahas hal seperti ini. hati-hati hipokrit.

    thanks for the compliment :). but i think i’m careful enough :).

  20. apa masalahnya? jika hipotesis A diuji dengan statistik dan hasilnya tidak signifikan, maka artinya “uji statistik tersebut tidak dapat membuktikan hipotesis A”, dan bukan “uji statistik tersebut membuktikan hipotesis A salah”
    ini gak ada hubungannya dengan prove disprove di atas yang berhubungan dengan biological plausability.

    ini makin bikin bertanya-tanya siapa sebenarnya yang tutup kuping lalu teriak ‘nanananana!’.
    beat a dead horse waste energy on a lost cause or unalterable situation.
    soal hasil statistik, baik yang ada relasi maupun tidak ada korelasi, tidak bisa membuktikan apa-apa, hanya bisa memberi semacam petunjuk untuk langkah selanjutnya. ini sudah kali ke-empat anda membahas hal yang sama, over and over again, yang sudah berulang kali sudah saya acknowledge, tapi tetap terjadi karena ada salah satu pihak yang tutup kuping.
    Because of this epidemiology never proves (or disproves) anything. At best it serves as guide for the people in the labs who do the real research, helping them decide which approach is most likely to generate results. But it does not, can not, prove a cause and effect relationship. It can not prove anything.

    thanks for the compliment :). but i think i’m careful enough :).

    jadi maksudnya, karena yang ngomong adalah dave hitt, gak usah diwaro? atau bagaimana?
    harap jawaban selanjutnya gak usah beating a dead horse lagi ya.

  21. soal hasil statistik, baik yang ada relasi maupun tidak ada korelasi, tidak bisa membuktikan apa-apa

    gua udah bikin banyak posting yang berhubungan dengan statistik. tapi herannya baru sekarang kalimat ini keluar :). kalau semua statistik gak bisa membuktikan apa2, ya gak bakal ada yang repot2 pake statistik 🙂

    Because of this epidemiology never proves (or disproves) anything. At best it serves as guide for the people in the labs who do the real research, helping them decide which approach is most likely to generate results. But it does not, can not, prove a cause and effect relationship. It can not prove anything.

    salah. ada banyak sekali studi tentang pembuktian khasiat dan efek samping obat2an yang memanfaatkan epidemiologi ini. bukan cuma masalah rokok ini aja.

  22. Waah, jarang-jarang nih lihat dua bapak blog berdebat (kusir?). Dengan dua tulisan di blog masing-masing dengan bahasa santun yang sangat meyakinkan, orang awam (seperti saya) akan semakin bingung.
    SEMANGAT!!! 🙂

  23. gua udah bikin banyak posting yang berhubungan dengan statistik. tapi herannya baru sekarang kalimat ini keluar :). kalau semua statistik gak bisa membuktikan apa2, ya gak bakal ada yang repot2 pake statistik 🙂

    gue tiap hari berkutat degan statistik. dan memang ada gunanya, yaitu seperti yang gue tulis sebelumnya (ini sudah kali kelima dibahas dalam diskusi ini), merupakan petunjuk atau indikasi bahwa apa yang dilakukan itu benar atau salah, tapi tidak bisa dipergunakan sebagai bukti kausalitas. edo sudah memberikan bahan bacaan tentang hal ini. hebat kalau jawaban berikutnya masih beating a dead horse, terbukti memang ada yang tutup kuping.

    salah. ada banyak sekali studi tentang pembuktian khasiat dan efek samping obat2an yang memanfaatkan epidemiologi ini. bukan cuma masalah rokok ini aja.

    tapi yang dibicarakan adalah hasil penelitian SHS bukan?
    lalu bisa berikan contoh “banyak sekali studi” yang diklaim di atas?
    inti dari tulisan saya adalah dishonesty. ada yang menjalankan penelitian dengan bagus dan benar, tapi karena hasilnya tidak mendukung agendanya, ditutup rapat-rapat tapi setelah ketahuan baru dibuka untuk umum. lalu dari sana dibuat meta-analisis yang tidak bisa diabaikan bias agendanya. lalu hasilnya yang sesuai dengan agenda dipakai sebagai bukti, ini kan titik permasalahannya?

  24. Wah,, Ma ga ngerti masalah statistiknya nih,, tapi minimal sama sama setuju kalo rokok itu bahaya dan kalo bisa ga ngerokok di deket orang lain aja Ma udah seneng,, -aduh,,-
    Ini cuma ngebahas SHS aja ya??
    waktu itu pernah ada acara yang ceritain bahayanya SHS, tapi kata dosen Ma, ampe skarang blom ada penelitian yang bener bener bisa dipegang buat ngedukung itu,,
    tapi kalo perokok aktifnya sih jelas ya,, -di bagian paru aja dari 10 yang PPOK, 9nya perokok berat-

  25. #28:

    merupakan petunjuk atau indikasi bahwa apa yang dilakukan itu benar atau salah, tapi tidak bisa dipergunakan sebagai bukti kausalitas. edo sudah memberikan bahan bacaan tentang hal ini

    gua gak bilang statistik adalah bukti kausalitas. bukti statistik, kalau berdiri sendiri, hanya membuktikan korelasi, bukan kausalitas. tapi jika ada biological plausability, maka keduanya menjadi bukti kausalitas. korelasi tanpa plausability tidak bisa menjadi bukti. demikian sebaliknya, plausability tanpa korelasi juga tidak bisa menjadi bukti.
    dan ini gak bertentangan dengan bacaan dari edo, syarat kausalitas adalah sebagai berikut:
    * the variables must be correlated
    * one variable must precede the other variable in time
    * it must be shown that a different (third) variable is not causing the change in the two variables of interest (a.k.a., spurious correlation)
    statistik memberikan jawaban untuk no 1 dan 3. bahkan di sini mereka sama sekali gak nuntut adanya plausability

    tapi yang dibicarakan adalah hasil penelitian SHS bukan? lalu bisa berikan contoh “banyak sekali studi” yang diklaim di atas?

    silakan search di google: epidemiology [insert your favorite drugs here]

    inti dari tulisan saya adalah dishonesty. ada yang menjalankan penelitian dengan bagus dan benar, tapi karena hasilnya tidak mendukung agendanya, ditutup rapat-rapat tapi setelah ketahuan baru dibuka untuk umum

    bisa jadi memang seperti itu apalagi kalo dipandang dari sudut pandang konspirasi. tapi jika seandainya memang seprti yang dikatakan mereka, itu gak menginvalidasi puluhan penelitian lainnya. dalam aksi ini, WHO sudah tidak lagi menggunakan Boffetta 1998 sebagai referensi.

    lalu dari sana dibuat meta-analisis yang tidak bisa diabaikan bias agendanya. lalu hasilnya yang sesuai dengan agenda dipakai sebagai bukti, ini kan titik permasalahannya?

    bukan :). titik permasalahannya adalah sesuai dengan judul posting ini dan komentar doni di blog gua: “sebutkan tiga”. ini sebenernya udah ngelantur kemana-mana :). tapi inti sebenernya yang gua ingin sampaikan: retorika ‘sebutkan tiga’ tidak bisa menginvalidasi hasil studi epidemiologi. soal statistik blah blah blah itu cuma intermezzo yang kepanjangan 🙂

  26. gua gak bilang statistik adalah bukti kausalitas.

    yup, tapi loe bilangnya kalau statistiknya tidak mendukung, bukan berarti hipotesis tidak benar. itu yang sampai lima kali dibahas.

    silakan search di google: epidemiology [insert your favorite drugs here]

    i don’t do drugs. yang paling sering gue minum paling antangin, dan gue gak nemu hasil risetnya. bisa bantu carikan?

    itu gak menginvalidasi puluhan penelitian lainnya. dalam aksi ini, WHO sudah tidak lagi menggunakan Boffetta 1998 sebagai referensi.

    and yet you can only name two, satu meta-analisis berhubungan dengan SHS, satu lagi malah tidak berhubungan dengan SHS.

    bisa jadi memang seperti itu apalagi kalo dipandang dari sudut pandang konspirasi.

    coba kita baca tulisan ini:

    Sepertinya kondisi di Indonesia tidak jauh berbeda dengan di luar negeri. Kontroversi aman atau tidaknya saluran tegangan tinggi juga tidak jauh berbeda, ada penelitian yang mendukung, dan juga penelitian yang tidak mendukung teori tersebut. Dan tentunya publik dan media massa cenderung lebih menyukai penelitian yang mendukung korelasi tersebut.

    buat saya malah makin menguatkan kalau “name three” itu terjawab, bisa menjadi bukti paling kuat kalau SHS itu memang memakan korban.

  27. yup, tapi loe bilangnya kalau statistiknya tidak mendukung, bukan berarti hipotesis tidak benar. itu yang sampai lima kali dibahas.

    gua bilang kalo ‘tidak statistically significant’. ‘tidak statistically significant’ disebabkan karena sampel kurang banyak atau noise terlalu banyak, bukan karena hipotesis salah.
    kalau mau bukti hipotesis salah, harusnya hasilnya statistically significant dan RR di sekitar 1.

    i don’t do drugs. yang paling sering gue minum paling antangin, dan gue gak nemu hasil risetnya. bisa bantu carikan?

    obat paling populer, antibiotik paling populer (?)

    and yet you can only name two, satu meta-analisis berhubungan dengan SHS, satu lagi malah tidak berhubungan dengan SHS.

    hehehe. penelitian dikeluarin sesuai dengan tuntutan konteks. kalau mau lebih banyak lagi, silakan cari, atau baca di wikipedia

    buat saya malah makin menguatkan kalau “name three” itu terjawab, bisa menjadi bukti paling kuat kalau SHS itu memang memakan korban.

    jelas, kalau ada yang bisa memberi contoh korban meninggal dapat dipastikan 100% akibat SHS, maka itu bukti yang paling kuat. tapi gak ada yang berani memastikan penyebab jika seorang meninggal. sama misalnya dengan polusi udara dan sebagian efek samping obat.
    kalo seorang perokok meninggal karena kanker paru2, apa bisa dipastikan kalau seandainya dia gak merokok, dia gak akan meninggal akibat kanker paru2? gak bisa diketahui persis

  28. ya ya kena spam lagi

    sepertinya hukum karma, gara-gara trekbek dari blog gue yang data.startrek.or.id ke blog loe sering lenyap. 😀
    link yang antibiotik, yang populer malah ketidak-ampuhan antibiotik akibat resistensi. yang paracetamol juga tidak lebih baik, tentang sifat racun dari paracetamol. intinya, keduanya bukan tentang keampuhan obat.

    hehehe. penelitian dikeluarin sesuai dengan tuntutan konteks. kalau mau lebih banyak lagi, silakan cari, atau baca di wikipedia

    konteksnya kan sangat jelas, pernyataan puluhan penelitian lainnya.
    lalu dari hit nomor satu:

    CONCLUSION: The control of passive smoke exposure in the workplace might reduce the risk of respiratory symptoms independently of exposure to other airborne contaminants.

    hit yang nomer dua malah agak lucu. publikasinya tahun 1991, jauh sebelum bofetta 1998, tidak menyebut angka-angka tapi langsung kesimpulan:

    The combination of epidemiological studies with demonstration of physiological changes with exposure to ETS, together with biochemical evidence that elements of ETS have significant adverse effects on the cardiovascular system, leads to the conclusion that ETS causes heart disease.

    lalu soal pasti tidak pasti:

    tapi gak ada yang berani memastikan penyebab jika seorang meninggal. sama misalnya dengan polusi udara dan sebagian efek samping obat.

    masalahnya, ada yang sudah memastikan 53 ribu meninggal per tahunnya akibat SHS.

    kalo seorang perokok meninggal karena kanker paru2, apa bisa dipastikan kalau seandainya dia gak merokok, dia gak akan meninggal akibat kanker paru2? gak bisa diketahui persis

    kalau diteliti, mestinya ditemukan bahwa sebelumnya orangnya aktif merokok, kukunya menguning, dan ada sisa nikotin dan tar dalam organ pernafasannya.

  29. hit yang nomer dua malah agak lucu. publikasinya tahun 1991, jauh sebelum bofetta 1998, tidak menyebut angka-angka tapi langsung kesimpulan:

    that’s as far as i will go. elo nuntut puluhan penelitian2 yang membahas SHS, dan gua udah kasih. kalau mau lebih detail lagi silakan cari yang full text-nya bisa didownload atau cari penelitian lagi yang abstraknya lebih lengkap.

    masalahnya, ada yang sudah memastikan 53 ribu meninggal per tahunnya akibat SHS.

    epidemiologi bisa memastikan kalau SHS meningkatkan resiko terkena lung cancer misalnya. epidemiologi bisa mengestimasi berapa yang meninggal akibat SHS. epidemiologi tidak bisa memastikan jika satu orang meninggal itu akibat SHS.

    kalau diteliti, mestinya ditemukan bahwa sebelumnya orangnya aktif merokok, kukunya menguning, dan ada sisa nikotin dan tar dalam organ pernafasannya.

    so what? yakin dia kena kanker paru2 akibat merokok? seandainya dia gak merokok apa ada yang bisa memastikan dia gak akan kena kanker paru2? siapa yang berani jamin penyebabnya bukan karsinogen lain?

  30. wah-wah…, debat tingkat tinggi nih..
    weuh bahasanya aja dah banyak yang ga aku mengerti..
    salut buat kalian berdua, eko dan pri…

  31. so what? yakin dia kena kanker paru2 akibat merokok? seandainya dia gak merokok apa ada yang bisa memastikan dia gak akan kena kanker paru2? siapa yang berani jamin penyebabnya bukan karsinogen lain?

    seperti ada yang memastikan tentang angka 53 ribu kematian per tahun akibat SHS?

  32. seperti ada yang memastikan tentang angka 53 ribu kematian per tahun akibat SHS?

    itu hasil perhitungan berdasarkan jumlah sampel yang banyak dan dengan demikian tingkat kepercayaan yang tinggi. sedangkan kalau satu orang meninggal, jumlah sampelnya ya cuma satu orang. fakta bahwa dia merokok tidak dapat memastikan kalau dia memang meninggal karena merokok.

  33. Fyuh, rokok merokok… smoke asap… abu kotor…hmm tapi knapa masih di gemari oleh orang2 perokok…? Alasannya… tanya saja ke perokoknya…Ok… Anyway gmanapun juga rokok sumber devisa yang amat gede (=cukai, red.) He he he ngga usah diperdebatkanlah… la wong rokok itu seperti lalapan bagi perokok dan sumber penghasilan bagi yang memanfaatkannya… 🙂 soal kesehatan tentunya mereka (=perokok, red.) sudah tahu resikonya ngapain dikampanyein pelarangan efek bagi dirinya dan sekitarnya, mereka khan udah gede bisa tahu untung ruginya…gitu aja kok repot! Kita lihat saja sekarang saat iklan rokok ditayangkan di TV, ngga jelas terpampang khan peringatan tentang bahaya merokok, cuman terlihat selintas lalu hilang! Bagaimanapun juga yang namanya rokok kagak bisa dihentikan / berkurang peminatnya… maklom…mau tahu alasannya..tanyain aja ke perokoknya, OK.

  34. Sering denger orang bilang “perokok pasif berbahaya buat kesehatan, makanya jadi perokok aktif aja … ” hakakaka…
    Susah deh, namanya juga dah jadi kebiasaan buruk yang dilegalkan… saya sendiri gak merokok dan benci asap rokok, pertama memang karena gak pernah bisa ngerti apa nikmatnya masukin asap ke paru2, kedua karena waktu smp hasil foto ronsen menunjukkan paru2 penuh bercak2 karena uap timah solder …
    terus terang gak pernah baca soal statistik, cuma dari pengalaman sendiri dan logika aja, kalo uap solder yang diisap satu jam sehari selama setahun ( saya berhenti hobby nyolder, beralih jadi programmer sampe sekarang, relatif lebih aman karena efeknya paling sakit punggung dan pegal pergelangan tangan hekekeke…) bisa bikin bercak2 di paru2, gimana ya hasilnya asap rokok yang diisap perokok pasif minimal 8 jam sehari selama sebagian besar masa hidupnya ? wong macbook warna putih bisa jadi coklat kalo yang punya kerja sambil ngrokok, bayangkan aja paru2 perokok pasif ( dan apalagi perokok aktif )….
    mimpinya sih dunia ini bersih gak ada asap rokok, tapi apa daya, kalo yang bikin aturan juga ngrokok, jadi siapa dong yang bakal enforce aturan ? apalagi cuma kampanye himbauan.. BTW, larangan merokok di ruang publik Jakarta gimana kabarnya ya ? gak ada bau2nya lagi… *sigh*
    *inibugyangjadifitur*

  35. Trus gimana nih: Apakah asap rokok berbahaya juga terhadap yang tidak merokok tapi terpapar asap rokok dari perokok aktif ?

  36. hallo all , gw mo tanya , skalian minta di bantu kalo bisa , gini ceritanya , di kawasan tempat tinggal gw mo di bangun bleaching plant ,atau tempat di mana , pencampuran beton di lakukan , gw minta di jelasin dong , tentang ganngguan kesehatan yang akan menimpa warga sekitarnya , juga kerugian – kerugiannya , gw tinggal di sekitar simpangan depok , dan perusahaan yang mo bikin itu pt.holcim sekalian terima kasih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *