sms, non-obtrusif?


sambil menemani makan siang hari ini, saya membaca koran kompas yang temanya hari ini sepertinya membahas teknologi komunikasi telepon nirkabel. ada satu artikel yang menarik perhatian, yaitu “Menghilangkan Proses Birokrasi Informasi“, yang ditulis oleh Alexander Rusli, Staff Khusus Menteri Negara BUMN.
isinya membahas tentang bagaimana teknologi SMS membuat proses pemberian umpan balik dari masyarakat ke pejabat negara sangat mudah dan langsung mencapai tujuannya. dan salah satu perspektifnya adalah SMS itu sendiri sifatnya non-obtrusif, dalam artian tidak seperti panggilan telepon yang harus segera mendapatkan perhatian dari pemilik telepon, dan lebih mirip surat elektronik (mail), saat diterima tidak harus segera dibaca.
namun saya sendiri punya cara pandang yang berbeda. kiriman SMS itu tidak bisa kita tolak, semua kiriman SMS akan langsung masuk ke dalam inbox telepon genggam kita. berbeda dengan mail, yang bisa disaring mulai dari sisi penyedia layanan internet untuk mengurangi spam, sampai pada sisi pengguna akhir, yaitu kita sendiri, yang bisa membuat aturan penyaringan (filtering) mail di mail client kita. memang, ada beberapa tipe telepon genggam yang masuk kategori smartphone yang bisa melakukan blacklisting terhadap SMS, namun mayoritas tipe telepon genggam yang beredar di pasaran tidak memiliki fasilitas itu.
jadi, menurut pandangan pribadi saya, justru teknologi SMS itu sangat obtrusif, karena secara teknis kita sulit menangkal terkirimnya SMS, baik yang berguna maupun cuma spam. kalau mau dibandingkan, panggilan telepon bisa kita abaikan dengan cara membuat telepon genggam kita ke mode silent, atau kita reject, namun SMS tetap akan bisa terkirim. mungkin cara pandang seperti ini juga yang menjadi alasan maraknya spam SMS yang belakangan terjadi. tapi bukan berarti artikel di kompas tersebut menjadi tidak valid, di sini saya hanya menuliskan bahwa saya punya cara pandang yang kebetulan berbeda mengenai apakah SMS itu obtrusif atau tidak.


7 responses to “sms, non-obtrusif?”

  1. iya, gue juga udah pernah nulis tuh di salah satu majalah. Nama Aplikasinya macem-macem kok, ada Handy BlackList, Best Blacklist.. banyak deeeeh… next time beli aja majalahnya, namanya FORSEL, terbitan Gramedia Majalah…
    Lah, kok gue jadi promosi gini yah…

  2. klo pemerintah ikutan ngirim sms masal atas nama penyebaran informasi & menghilangkan proses birokrasi bakal lebih repot lagi memfilternya, apakah benar2 informasi yg kita butuhkan ato malah cuma ngiklan kampanye lewat sms 🙂

  3. Kalau kita kirim SMS kepada pemerintah apakah biaya akan ditanggung pemerintah? Seharusnya iya, karena mereka kan yang membutuhkan masukan informasi. Dan sebaliknya, apakah saat mendapat info dari pemerintah pulsa kita akan tersedot? Seperti yang selama ini terjadi pada SMS SMS milik artis? 🙂

  4. iya saya setuju.. sekarang banyak SMS2 sampah yang menurut saya tidak berguna. Entah Itu Himbauan atau Undian berhadiah yang mengiurkan… Apakah itu sekedar informasi gratis..!! Tidak.. Kalau kita kirim balik dan Registrasi biasanya kita dikenakan biaya rp. 1.000 / sms. bahkan pernah kejadian kita tidak mengirikan apa tetap di kenakan biaya. di UNREG tidak bisa. Entah ini kebetulan atau tidak saya tidak tahu.. yang jelas hampir setiap hari pulsa kita berkurangtanpa kita sadari dengan kiriman informasi yang tidak berguna.
    Apakah ada yang mengalami seperti ini?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *